2009

Hydrogel, produk yang MENAWAN dan RAMAH LINGKUNGAN ini merupakan kristal polimer yang berfungsi menyerap dan menyimpan air dan nutrisi untuk tanaman dalam jumlah besar. Hydrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga produk ini aman digunakan.

Hydrogel tidak larut dalam air tetapi dia hanya menyerap dan akan melepaskan air dan nutrisi secara proporsional pada saat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan demikian tanaman akan selalu mempunyai persediaan air dan nutrisi setiap
saat karena hydrogel berfungsi menyerap dan melepaskan (absorption - release cycles). Hydrogel mampu menyerap air sebanyak 500 kali berat hydrogel itu sendiri.

Selain tampak indah, butiran hydrogel yang lebih mirip kristal sering mengecoh siapa saja yang baru melihatnya. Hydrogel juga menarik karena warnanya. Bisa dibayangkan betapa indahnya jika ruangan Anda ada vas bening berisi tanaman yang tumbuh di dalam media hydrogel dengan warna-warna yang menawan seperti Merah, Pink, Ungu, Biru, Hijau, Kuning, Orange dan Putih yang berkilauan.

Selain untuk mempercantik ruangan, hydrogel ini dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot, lahan pertanian, perkebunan, hutan dll. Jadi Anda yang tinggal di daerah yang kekurangan persediaan air atau daerah yang harga airnya mahal atau Anda yang ingin mengurangi volume dan frekuensi penyiraman tanaman Anda dan Anda yang akan melakukan perjalanan jauh dan panjang, Anda tak perlu khawatir, HYDROGEL akan menyediakan air dan memenuhi kebutuhan air tanaman Anda. Keuntungan menggunakan hydrogel :

1. Memastikan keteresediaan air sepanjang tahun.
2. Mengurangi ferekuensi penyiraman / irigasi hingga 50%.
3. Mengurangi hilangnya air dan nutrient disebabkan oleh leaching dan evaporasi.
4. Memperbaiki physical properties dari compact soils dengan membentuk aerasi udara yang baik.
5. Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrient selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.
6. Mengurangi angka mortalitas.
7. Mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah.

Tanaman Hias horties via aglaonemaku

Tanaman Hias Penampilan bunga krisan dengan aster memang sangat mirip. Terlebih kalau hanya melihat bunganya semata, bisa-bisa kita 'tertipu'. Sebab, setelah uji penyilangan sering berhasil, ragam bunga krisan dan aster pun kini semakin banyak.

Bentuk daun krisan (Chrysanthemum morifolium), khusus pada bagian tepi, tampak bercelah dan bergerigi. Daun tersebut tersusun berselang-seling pada cabang atau batang. Sedangkan batangnya tumbuh tegak, berstruktur lunak, dan berwarna hijau. Namun demikian, bila batang dibiarkan terus tumbuh, maka batang pun akan menjadi keras berkayu dan warnanya menjadi hijau kecokelat-cokelatan.

Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang. Yang menarik adalah bentuk bunganya. Beraneka ragam dan bisa dikelompokkan menjadi 5 golongan sebagai berikut:

1. Tunggal
Pada setiap tangkai hanya memiliki satu kuntum bunga. Piringan dasar bunga sempit dan susunan mahkota hanya satu lapis.

2. Anemone
Sekilas mirip dengan bunga tunggal, tapi piringan dasar bunganya lebih tebal dan lebar.

3. Besar
Di setiap tangkai hanya terdapat satu kuntum, tetapi ukurannya besar (bisa mencapai 10 cm). Saking gedenya hingga piringan dasar tidak kelihatan.

4. Pompon
Karakteristik bentuk bunga pompon adalah bulat mirip bola, mahkota bunga menyebar ke segala penjuru, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.

5. Dekoratif
Sesuai namanya, penampilannya memang sangat dekoratif. Punya mahkota bunga bertumpuk-tumpuk rapat, di tengah pendek dan bagian tepinya memanjang.
Kuntum bunga krisan pun ternyata juga memiliki karakter masing-masing, antara lain:

6. Standar
Setiap tangkai memiliki 1 kuntum bunga, biasanya berukuran besar. Perlu diketahui, tanaman krisan semula memiliki beberapa kuntum bunga pada setiap tangkainya.

Namun, berkat teknik disbudding, jumlah kuntum bunga dibuat hanya satu, yang kemudian dikenal sebagai krisan standar atau krisan tunggal. Contohnya: krisan Shamrock, dark red pompon, regal mist, Borholm, dan sebagainya.

7. Spray
Setiap tangkai memiliki sekitar 10 - 20 kuntum bunga, namun diameternya kecil-kecil, sekitar 2 - 3 cm. Contohnya krisan Puma, Salmon, Granada, Klondike, dan sebagainya.
Tanaman Hias

Cara Menanam di Pot

Tanaman Hias  Menanam lengkeng di pot tentu berbeda caranya dibanding menanamnya di atas tanah halaman atau kebun. Butuh trik tersendiri untuk menanam dalam pot agar tanaman tumbuh subur, meski media tanam dan haranya terbatas.

Caranya, letakkan styrofoam setebal 5 cm di bagian dasar pot, mengikuti bentuk pot. Pecahan genting atau batu bata juga bisa menggantikan styrofoam, tapi akan membuat pot lebih berat. Pemasangan ini bertujuan agar air yang disiramkan bisa turun dan keluar dari pot.

“Kalau airnya banyak enggak keluar, pertumbuhan pohon jadi enggak maksimal. Sebab, di situ kan, ada cacingnya juga. Media tanam yang enggak tepat juga bisa membuat pohon tidak tumbuh baik,” jelas Tardi. Di atas styrofoam, masukkan campuran tanah, pupuk kandang dan pasir, atau serutan kayu dengan perbandingan 2:1:1.

Tinggi campuran tanah ini sekitar 20 cm. Masukkan pohon lengkeng, lalu masukkan campuran tanah, pupuk, dan serutan kayu atau sekam sebagai penutup. Terakhir, siram pohon sampai air keluar dari bagian bawah pot.

Untuk perawatan selanjutnya, cukup siram pohon dua hari sekali dan lakukan pemangkasan cabang serta buah. Tardi menambahkan, pohon lengkeng bisa langsung dipindahkan ke pot tanpa harus diaklimatisasi alias disesuaikan dulu dengan cuaca di tempat tanamnya.

Soal wadah yang dipilih untuk menanam, bisa tergantung selera. Drum yang dibelah lebih awet selama lima tahun sebagai pot. Namun, pot plastik diameter 70 cm pun boleh. Hanya saja, lebih mudah pecah.

Untuk menghindari hama lengkeng yaitu kutu putih, tutup buah dengan keranjang anyaman bambu. Untuk menghilangkan kutu, semprot dengan insektisida atau sikat daun yang terkena kutu dengan sikat gigi. Bila daun yang terkena cukup banyak, rontokkan daun agar segera tumbuh daun baru.

Agar Berbuah Lebat

1. Memangkas

Saat tajuk pertama muncul, disarankan untuk dipangkas agar buah yang dihasilkan bisa
rindang alias tidak tinggi.

2. Menyiram

Cara menyiram harus benar, karena volume media tanamnya tak banyak. Jadi, dua hari sekali harus disiram sampai airnya keluar meluber dari pot bagian bawah.

3. Pupuk

Selalu gunakan pupuk kandang, agar hasilnya lebih baik dan pohon tumbuh subur. Untuk tabulampot, setiap 3 bulan sekali (minimal 6 bulan sekali) ambil separuh tanah yang jadi media tanamnya, masukkan pupuk kandang ke dalam pot dan tutup lagi dengan sedikit tanah. Siram dengan air sampai tanah benar-benar basah.

Cara ini akan membuat daun muda cepat tumbuh, sehingga cepat berbunga. Pupuk kimia seperti NPK boleh digunakan, tapi cukup sedikit saja, sebulan sekali. Penggunaan potasium klorat yang dikenal sebagai bahan peledak juga bisa digunakan untuk merangsang pertumbuhan bunga, walaupun lengkeng sebetulnya tetap bisa berbuah tanpa harus dirangsang. Penggunaan pupuk kimia justru membuat tanah jadi keras.

4. Perontokan

Umumnya, lengkeng pada pembuahan pertama dagingnya kurang tebal. Ketebalan daging baru bisa dilihat setelah lengkeng 2-3 kali berbuah. Agar mendapatkan buah yang maksimal, rontokkan bunga yang pertama kali muncul. Sehingga, cabang akan bertambah dan bunga akan makin banyak. Bila bunga kedua sudah muncul tapi cabang belum ada, bunga bisa kembali dirontokkan.

5. Ganti Media

Masa produktif tabulampot lengkeng adalah usia 3 – 10 tahun. Agar tetap produktif selama masa itu, setidaknya setahun sekali ganti media tanamnya agar tidak keras, atau beri pupuk kandang.

6. Cangkok

Tabulampot yang sudah tinggi dan besar bisa dicangkok untuk dijadikan beberapa tanaman baru. Sehingga cabang yang tumbuh tak akan besar, karena bagian atasnya sudah dipangkas dan pohon jadi rimbun.

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Menanam lengkeng dalam pot? Mengapa tidak! Lengkeng sekarang sudah “modern”, sudah bisa berbuah meski tinggi pohon cuma dua jengkal.

Aturan” yang menyebutkan perlunya pohon lengkeng berjenis kelamin sepasang – laki-laki dan perempuan – agar si pohon bisa berbuah, kini tak berlaku lagi. Penantian bertahun-tahun yang dulu dilakukan agar si mata naga ini bisa dipetik dan dirasakan manisnya, juga sirna.

Kini, berkat kemajuan di dunia pertanian, buah lengkeng sudah bisa berbuah meski pohon terbilang masih pendek. “Lengkeng sekarang sudah modern,” ujar Sutardi, pemilik
Bimo Nursery di kawasan Tangerang. Maka, bila Anda penggemar buah bulat yang manis ini, tak perlu pusing bila hanya punya lahan sempit di rumah.
Menanam lengkeng dalam pot kini menjadi pilihan banyak orang. Meski hasilnya memang tak sebaik bila ditanam di tanah yang memiliki jumlah hara lebih banyak, bukan berarti tabulampot (tanaman buah dalam pot) lengkeng yang kini jadi tren tak berbuah maksimal, lho!

Selain daunnya bisa rimbun, tabulampot lengkeng juga bisa berbuah banyak. Jenis pingpong, misalnya, meski tingginya hanya dua jengkal orang dewasa, sudah bisa berbuah, karena memang sifat pohonnya yang sudah mampu berbuah sejak kecil.
Hanya saja, jumlah buahnya memang lebih sedikit bila pohonnya masih kecil. Makin besar pohon, makin banyak buahnya. Namun, ukuran buah relatif tak jauh berbeda. Kecil atau besarnya buah tergantung dari banyaknya buah dalam satu pohon. Jika dalam pot berat buah sudah lebih dari 10 kg, ukuran buahnya akan kecil.

“Jadi, jumlah buah untuk tabulampot umumnya diperjarang, agar ukurannya membesar. Kalau tidak, ukuran buah jadi tidak maksimal,” papar Tardi sambil menambahkan, selain memperjarang buah, memangkas cabang yang tak perlu juga harus dilakukan agar pohon tumbuh maksimal.

Pingpong Jadi Idola

Benarkah lengkeng hanya bisa tumbuh subur di kawasan dataran tinggi? “Enggak, kok, lengkeng zaman sekarang cocok saja ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Tapi memang, sih, di daerah yang sejuk akan lebih bagus tumbuhnya,“ papar Tardi.

Lengkeng juga, lanjutnya, tak perlu ditanam sepasang (berjenis kelamin laki-laki dan perempuan) seperti pada zaman nenek moyang dulu agar bisa berbuah. Untuk bisa berbuah, jenis-jenis lengkeng masa kini yang kebanyakan dari Thailand cukup membutuhkan satu pohon saja, dan tak perlu tumbuh tinggi.

Lengkeng juga punya banyak jenis, baik lokal maupun impor. Menurut Tardi, semua jenis lengkeng umumnya bisa ditanam dalam pot. Beberapa jenis di antaranya, diamond river, itoh, kristal, pingpong, puang rai, dan lengkeng aroma durian.

Kebanyakan bibitnya berasal dari Thailand. Diamond river memiliki daun berwarna hijau cerah dengan panjang 10 cm, buahnya berdaging tebal, berair, biji kecil dan beraroma. Jenis itoh yang ukuran buahnya sebesar uang logam Rp 500 memiliki ciri buah mirip diamond river, tapi ukuran daunnya sekitar dua kali panjangnya.

Daun kristal mirip dengan daun itoh, berwarna hijau muda dan kurus, dengan buah berdaging setebal 4-5 mm, kering, kenyal, dan sangat manis. Yang kini sedang jadi “idola” dan paling banyak dicari adalah jenis pingpong, dengan daun berbentuk oval dan melengkung ke bawah, warna daun lebih gelap dibanding diamond river. Sesuai namanya, jenis ini menghasilkan buah berukuran sebesar bola pingpong, dengan daging tipis, biji besar, kering, dan beraroma. “Semua lengkeng pasti manis. Tapi, manis atau tidaknya buah biasanya tergantung curah hujan. Makin banyak curah hujan, manisnya berkurang,” papar Tardi, seraya mengatakan, lengkeng impor banyak juga yang dikawinsilangkan oleh petani lokal, sehingga menghasilkan jenis baru.

Semakin besar pohon, semakin banyak buah yang dihasilkannya. Itu pula penyebab makin tinggi pohonnya, makin mahal harganya. Pohon setinggi 1 meter harganya mulai Rp 300 ribu, sedangkan yang tingginya 2 meter harganya mulai Rp 600 ribu. Lengkeng jenis diamond river dan lainnya relatif lebih murah, sekitar separuh harga jenis pingpong.
Bila diamond river dan jenis-jenis lain dengan ketinggian pohon 50 – 70 cm dijual dengan harga sekitar Rp 45 ribu, harga jenis pingpong sekitar Rp 70 ribu. Sedangkan lengkeng rasa durian harganya bisa mencapai dua kali lipat dari pingpong.

Lengkeng “modern” yang perawatannya tidak sulit, menurut Tardi, tak kenal musim panen. Setiap selesai dipanen, pohon langsung siap berbunga. “Tiga bulan sekali berbuah. Kalau sekarang panen, bulan berikutnya tumbuh daun dan berbunga lagi. Jadi, sepanjang tahun bisa berbuah,” jelasnya lagi. Yang penting, imbuhnya, cara penyiraman harus benar, agar daun tak rontok dan berwarna kuning.

Usia 2 – 3 bulan atau pohon setinggi sejengkal tangan orang dewasa, lengkeng sudah bisa berbuah, meski buahnya tak banyak dan belum besar. Tabulampot lengkeng setinggi 1,5 m dan bercabang banyak yang ditanam dalam drum bisa menghasilkan 5 – 8 kg buah dalam sekali panen.

Mungkinkah lengkeng mogok berbuah? “Ya, mungkin saja. Penyebabnya bisa karena terlalu gemuk atau rindang. Cara mengatasinya, pangkas saja cabang-cabang yang tidak perlu,” pungkas Tardi.

Bagaimana cara menanam di pot dan membuatnya berbuah lebat ? silahkan simak posting berikutnya ….

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Ibarat lantai alam yang menghijau seluas mata memandang, rumput bisa dijadikan lantai dasar halaman depan rumah, yang boleh diinjak siapa saja. Aneka rumput, seperti rumput gajah biasa, manila, peking, babat, swiss, golf, atau rap bisa dijadikan pilihan.

Rumput jenis apa pun yang dijadikan pilihan, memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, rumput gajah biasa yang harganya murah, tetapi tumbuh cukup cepat. Sehingga, harus
rajin dipangkas agar tetap terlihat rapi dan indah dipandang. Sementara, rumput peking dan manila relatif lebih mudah dirawat, asalkan mendapat sinar matahari yang cukup.

"Bisa dikatakan kedua rumput jenis ini tidak perlu dipotong lagi karena tumbuhnya lambat," jelas Imas, MT, Spd., ahli landscape dari Nusa Indah Flora. Begitu pun dengan rumput gajah mini. Sesuai namanya, rumput gajah mini ukuran daunnya lebih kecil dari rumput gajah biasa. Halaman rumah sekecil apapun pasti bisa ditanami rumput ini. Kelebihan jenis rumput ini, diantaranya, bisa memotong biaya pemangkasan. Tak heran jika rumput gajah mini kini semakin dijadikan pilihan banyak orang.

Rumput gajah mini memiliki karakter unik, dilihat dari pola pertumbuhannya. Daunnya tidak tumbuh ke atas, melainkan menyamping, sehingga membuat tampilan rumput jadi lebih bagus. "Tekstur daunnya tidak tinggi, jadi tidak perlu dipangkas. Mirip rumput gajah biasa, hanya pola hidupnya saja yang merayap atau menyamping. Warna hijaunya melebihi rumput biasa," sambung adik dari Yanto, petani rumput gajah mini.

Tahan Cuaca

Rumput gajah mini, menurut Imas, berasal dari Amerika dan pertumbuhannya melalui proses evolusi. Semakin lama, bentuknya semakin mengecil. Berhubung secara genetik sudah berukuran kecil, ditanam di mana pun rumput ini tak akan berubah bentuk. Sedangkan rumput gajah biasa daunnya lebih rapat, sehingga membutuhkan perawatan lebih.

Tanaman Hias  "Apalagi di musim hujan, dalam waktu dua minggu saja rumput gajah biasa sudah tinggi dan harus segera dipangkas." Berbeda dengan gajah mini yang tumbuhnya tidak tinggi. Namun, lanjut Imas, jika ruang hidupnya terlalu padat, warna daunnya cenderung akan menguning. Sehingga, harus diremajakan dalam jangka waktu setahun. Artinya, rumput dipangkas total sampai ke batang, kemudian akan muncul rumput baru dan hijau lagi.
Penanaman rumput gajah mini untuk petani, dari tandur sampai ke panen, membutuhkan waktu tiga bulan. "Sebenarnya dua bulan juga sudah bisa dipanen. Tapi, kalau langsung ditanam di halaman, jadi kurang bagus. Waktu tiga bulan panen sangat pas. Tinggal di tanam di halaman, bisa langsung jadi," jelas Imas seraya menyarankan untuk memupuk rumput dengan urea dan NPK.

Untuk petani, sambung Imas, dalam jangka waktu 20 hari setelah ditanam, idealnya diberi pupuk dasar. Sebulan kemudian, setelah rumput menjalar, diberi pupuk lagi. "Sebaiknya jangan dipupuk seminggu sebelum dipanen, karena pupuknya belum sampai ke bawah dan masih tersimpan di daun. Ini bisa menyebabkan rumput kering."

Saat musim hujan, rumput relatif tidak perlu disiram. Namun, di musim kemarau bisa disiram sehari dua kali. Menurut Imas, rumput gajah mini memiliki kemampuan hidup tinggi dan tidak sensitif terhadap patogen tanah. Meskipun ada perubahan cuaca, kondisi rumput tidak pernah nge-drop.
"Rumput Swiss di musim hujan bakal tumbuh tinggi. Tapi, jika ditanam di bawah pepohonan, rumput ini akan botak. Rumput golf pun agak susah untuk ditanam di perumahan. Sementara gajah mini lebih mampu bertahan. Hanya saja, di tempat dingin pertumbuhannya tidak rapat dan cepat, tekstur daunnya jadi lebih lebar, dan kualitas warna lebih hijau. Sedangkan di tempat panas, daun akan tumbuh lebih kecil."
Rumput swiss dan manila pun bisa dihinggapi hingga empat jenis hama, sedangkan rumput gajah mini hanya dihinggapi satu hama. "Namun, hama ini tidak sampai mendominasi rumput. Karena tekstur daun gajah mini ini jenis pegangan."

Hebatnya lagi, rumput gajah mini tak banyak ditumbuhi gulma seperti rumput lain. "Rumput gajah mini bandel dan mampu bertahan. Karena kemampuan hidupnya lebih tinggi, gulma jadi kalah bersaing dengan daun gajah mini. Jadi, bisa dibilang resikonya sangat sedikit. Kalau pun ada, rumput ini lebih suka air karena termasuk rumput tropis. Tapi, di musim panas rumput ini tidak akan kering, meski dua bulan dibiarkan terlantar. Begitu masuk musim hujan, daunnya akan tumbuh lagi."

Peremajaan
Agar rumput gajah mini tetap berwarna hijau dan segar, Imas menyarankan, untuk memberi pupuk sebulan sekali agar unsur hara tanamannya seimbang. Lalu, tanam rumput rapat-rapat, sehingga bisa langsung dinikmati. Akan tetapi, jika kondisi rumputnya stres, warna daunnya tidak akan kuat. "Tetap siram rumputnya, apalagi jika baru saja ditanam. Tiga minggu kemudian warna hijaunya akan semakin kuat, akarnya sudah tumbuh, dan sudah boleh diinjak-injak," kata Imas yang mematok harga rumput gajah mini dari petani sekitar Rp 15-17 ribu per meter persegi.

Dari segi harga, setelah rumput dipasang di halaman bisa saja lebih mahal, meski tak jauh berbeda dengan rumput lain. "Tapi, jika diperhitungkan dengan perawatan justru lebih murah. Jangan sampai dalam sebulan harus dua kali memangkas rumput saja. Berapa budget yang dikeluarkan? Nah, dengan rumput gajah mini, tidak akan ada lagi pemangkasan karena tidak tumbuh ke atas."

Jenis taman tropis yang masih banyak ditemui di Indonesia, sangat cocok untuk pertumbuhan rumput gajah mini. "Rumput yang mampu hidup di iklim seperti di sini, ya, gajah mini. Biaya perawatannya murah, kemampuan hidupnya tinggi, dan tidak memerlukan peremajaan yang sering. Paling hanya setahun sekali," ujar Imas yang lebih suka melakukan peremajaan daripada pemangkasan.

Peremajaan yang Imas maksud, saat sebulan setelah rumput ditanam, jarak antara satu daun dengan daun lain akan tumbuh jarang-jarang. "Semakin bertambah bulan, jarak daun semakin rapat, sehingga tidak ada ruang lagi di antara rumput. Dengan pemangkasan, justru bisa membagi ruang tadi. Tapi, dengan peremajaan rumput tumbuh semakin rapat dan menumpuk ke atas. Setiap daun yang tumbuh saling mendorong hingga bentuknya menjadi bagus." (Noverita K. Waldan/NOVA)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Tanaman ini menyukai media tanam yang kering. Perawakannya mirip kaktus. Tak heran banyak orang menyangka Haworthia sebagai kaktus.

Haworthia adalah tanaman bandel asal Afrika Selatan. Ia menyukai matahari, tidak perlu sering disiram, sehingga cocok untuk mereka yang tak punya banyak waktu mengurus tanaman.

Daun tanaman ini unik. Tebal, berwarna hijau tua
berhias bercak atau garis putih, dan memiliki susunan daun yang beragam. Ada daun yang tebal dan kaku menyerupai batu. Inilah sebabnya mengapa orang juga menyebutnya dengan sebutan daun batu.

Tanaman Hias  Para penjual tanaman kerap kali memajang Haworthia berdekatan dengan kaktus. Perawakan tanaman mungil (tingginya sekitar 1-3cm saja). Karena kemiripannya dengan kaktus, banyak orang mengira Haworthia adalah sejenis kaktus. Padahal Haworthia sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan kaktus. Ia lebih dekat dengan famili Lyliceae.

Beberapa jenis Haworthia bahkan membutuhkan waktu satu tahun untuk menambah tinggi badannya. Di habitat aslinya, sangking pendeknya ukuran daun, Haworthia seringkali terkubur pasir. Itulah sebabnya tak mudah menemukan spesies ini di habitat aslinya.
Menanam dan merawat Haworthia tidak sulit. Ia dapat ditanam pada pot berukuran mungil juga. Yang penting, media tanamnya kering. Untuk itu dapat digunakan campuran pasir malang dan kompos atau pupuk kandang. Soal penempatan, bisa di dalam ruangan.

Namun begitu, jemur tanaman ini beberapa hari untuk memenuhi kebutuhan akan sinar matahari. Penyiraman tak perlu sering dilakukan, cukup tiga sampai empat hari sekali. Media tanam yang terlalu lembap, apalagi sampai tergenang air, akan mengakibatkan akar Haworthia membusuk. (Anissa/iDEA)
Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Nuansa hijau di halaman rumah memberikan kesan sejuk nan ramah. Seolah-olah siap menyambut baik tamu yang datang.

Taman tak harus selalu rimbun dengan banyak tanaman. Hamparan rumput hijau sudah cukup untuk membuat halaman yang indah. Konsep demikian itu sekaligus menciptakan entrance yang "ramah" menyambut tamu.

Banyak orang menutup seluruh halamannya dengan
semen dan lantai keramik. Padahal, keadaan demikian dapat menciptakan tampilan fasad yang "kering", kaku, bahkan tak ramah. Warna hijau alami selalu bisa menjadi solusi jitu "mencairkan" kekakuan tampilan fasad.

Tak harus memiliki lahan luas. Lahan sempit pun bisa dimaksimalkan. Agar tak terlihat penuh, tak perlu tempatkan banyak jenis tanaman. Cukup tentukan satu atau dua jenis tanaman. Fokuskan pada tepi (border), biarkan bagian tengahnya kosong. Dengan demikian, lahan sempit pun tampak lega. Halaman yang hijau pun siap menyambut setiap tamu yang berkunjung ke rumah. (Anissa/iDEA)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Budi daya lidah buaya atau Aloevera sangat menjanjikan. Karena lidah buaya bukan semata tanaman hias, tapi menjadi bahan dasar minuman yang menyehatkan. Bahkan bisa dijadikan tepung untuk bahan dasar kosmetika.

”Lidah buaya yang dapat menambah nilai ekonomis dan jenis unggulan adalah barbadencise dan sinencise. Karena pelepahnya besar dan tebal,” kata Syamsuri Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU)
Tani Aloevera di Kampus UI Depok, Rabu (29/4).

Selama ini, KSU Tani Aloevera bekerja sama dengan Pusat Sinergi Riset dan Bisnis Fakultas MIPA UI yang dipimpin Erlin Nurtiyani. Menurut Erlin, pihaknya sudah memiliki lima paten produk lidah buaya dalam bentuk minuman, kapsul, tepung, dan evervesant.

Dengan mendirikan PT Kavera Biotech, Erlin memproduksi semua itu dengan bahan baku yang dipasok dari KSU Tani Aloevera. Namun, kata Erlin, produknya hanya menggunakan lidah buaya organik.

”Dari uji coba laboratorium, aloevera yang menggunakan pupuk kimia hasilnya tidak bagus,” katanya yang meneliti pengolahan lidah buaya sejak 1998 dan baru mempatenkannya tahun 2001.

Menurut Erlin, sambutan pasar sangat bagus atas minuman lidah buaya. Petinggi di Mabes Polri menjadi salah satu pelanggannya. Bahkan pernah dikirim ke Abu Dhabi. ”Namun kami belum siap memenuhi permintaan pasar karena kekurangan bahan baku,” kata Erlin yang berharap minuman lidah buaya bisa menjadi ”Coca-Cola”-nya Indonesia. ”Bulan depan kami sudah ada investor yang sanggup menyediakan mesin untuk pabrik pembuatan minuman dalam kemasan sachet di Sawangan, Depok,” kata Erlin.

Minuman lidah buaya Kavera dikemas dalam botol kaca ukuran 300 ml dijual Rp 7.500 dan untuk ukuran gelas Rp 3.000. Minuman Kavera bisa bertahan sampai satu tahun, meskipun tanpa bahan pengawet. ”Namun Kavera tidak dipasarkan ke pasar modern,” kata Erlin.
Rp 1.000/kg

Sementara itu, Syamsuri mengatakan, KSU Tani Aloevera sudah membina petani-petani di Depok untuk bercocok tanam lidah buaya yang hasilnya mencapai 5 ton sekali panen. Panen lidah buaya rutin dilakukan setiap bulan dengan memetik dua pelepah dari setiap pohon. ”Padahal, kebutuhan lidah buaya dalam satu hari minimal 1 ton,” katanya.

Karena itu, KSU Tani Aloevera mengajak masyarakat menjadi petani lidah buaya dan hasil panennya nanti akan dibeli koperasi dengan harga Rp 1.000/kg. ”Semua lidah buaya hasil dari petani yang kami bina, pasti dibeli oleh koperasi,” ujar Syamsuri.

Syarat untuk mendapat jaminan hasil lidah buaya di beli koperasi antara lain wajib menjadi kelompok tani binaan KSU Tani Aloevera, membeli bibit dari koperasi, serta kualitas tanaman standar koperasi, seperti pelepah tidak luka dan cara pemetikan dilakukan dengan benar.

Harga bibit lidah buaya Rp 2.000/batang umur dua bulan, untuk pupuk organik dan pupuk kandang kambing dipasok koperasi. ”Karena pupuk organik dan pupuk kotoran kambing sangat baik untuk pertumbuhan lidah buaya. Jika menggunakan pupuk kotoran ayam hasilnya tidak bagus. Kalau menggunakan kotoran sapi harus direbus dulu,” kata Syamsuri sambil menambahkan petani bisa menjual bibit anakan lidah buaya ke koperasi Rp 1.000/batang. (Mirmo Saptono)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Adenium bentuknya memang unik. Apalagi jika berbunga, cantik sekali. Kini banyak silangan adenium yang menampilkan bunga dengan bermacam warna. Tapi sayangnya jika sekali berbunga, ditunggu-tunggu yang selanjutnya lama baru berbunga.

Padahal, adenium bisa dibuat berbunga sepanjang waktu. Chandra Gunawan, pehobi adenium, telah membuktikannya di Godongijo, nursery-nya yang luas di Sawangan (Bogor). Berikut ini tipsnya agar tanaman asal gurun
pasir itu rajin berbunga.

Pemangkasan adalah kuncinya. Batang adenium yang tumbuh memanjang akan memberi kesan berantakan. Pemangkasan batang utama bisa dilakukan sesuai dengan keinginan pehobi. Kalau mau yang bentuknya tinggi maka batang yang dipotong juga agak tinggi pula. Selain batang utama, pemangkasan cabang juga dilakukan. Tujuannya agar tampil rimbun. Pemangkasan cabang tersebut, juga bisa memutus siklus hidup hama dan penyakit, serta kunci utama untuk membungakan adenium secara serempak di tiap cabangnya.

Pemangkasan itu akan menghasilkan tunas-tunas baru di tiap cabang yang dipangkas. Dari tunas baru inilah, nanti bakal keluar bunga. Tapi yang harus diperhatikan sebelum melakukan penggundulan, pastikan tanaman itu sehat dan media tanamnya subur. Pemberian pupuk slow release atau NPK sebaiknya dua minggu sebelum ”eksekusi” itu.

Menurut Chandra, yang jarang diperhatikan oleh pehobi adalah kesterilan alat pemotong. Gunting atau pisau yang dipakai sering kali kotor.

Peralatan yang tidak steril seringkali menyebabkan kegagalan. Sebab bekas irisannya menjadi busuk yang bisa merembet ke bagian lain. Harapan untuk memperoleh adenium yang indah, sirna karena kecerobohan.

Sebaiknya pemangkasan dilakukan di pagi hari agar bekas potongan bisa cepat kering. Tidak disarankan penggundulan itu dilakukan di musim hujan, sebab batang yang baru terpotong bila terkena air akan membusuk.

Jika adenium yang sudah gundul sejak awal dalam kondisi bagus, tanaman sehat dan kondisi medianya subur maka dalam tujuh sampai 12 hari sesudah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru dan enam sampai delapan minggu kemudian muncul kuncup bunga.

Jangan lupa menaruhnya di tempat yang mendapat matahari minimal tujuh jam per hari. Sebab tanaman ini menyukai sinar matahari. Jika tidak terkena matahari maka proses pembungaan akan gagal. Kuncup yang sedang terbentuk bisa gagal.

Tanaman Hias  

Tanaman jenis nenas-nenasan ini sangat mudah dipelihara. Tak perlu rajin dipupuk dan disiram, tanaman ini tetap tumbuh dengan baik. Bunganya yang tumbuh cantik, bisa membuat rumah Anda semakin berwarna.

Tanaman unik ini, Tillandsia cyanea, termasuk ke dalam famili Bromelia (Bromeliaceae) atau jenis nenas-nenasan. Dilihat dari bentuknya, Tillandsia memang mirip dengan tanaman buah nenas, namun berukuran lebih kecil.
Tillandsia banyak tumbuh dan berasal dari kawasan Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Amerika Utara.

Berdasarkan habitat aslinya, Tillandsia termasuk tumbuhan epifit atau tumbuh dengan cara menempel di tanaman lain, misalnya pakis atau kayu. Jumlah spesies Tillandsia mencapai 500-an jumlahnya. Yang mudah ditemui antara lain spesies T. butzii, T. ionantha selecta, T. stricta, T. bulbosa, T. straminea stem type, T. aeranthos, atau T. araujei hybrid orient. Terkadang, orang menyebutnya sebagai tanaman janggut dewa, karena ada jenis yang memiliki daun seperti janggut.

Bentuk daun Tillandsia sangat unik, bergerombol, dan berlapis-lapis seperti nenas. Menurut para pemiliki nurseri, tanaman ini sangat berpotensi dijadikan salah satu elemen penyejuk taman. "Nenas bentuknya lebih besar, sedangkan Tillandsia yang ada di sini masih lebih banyak diimpor, bentuknya mini-mini. Tingginya tak lebih dari 15 cm dan medianya ditempel di pakis atau kayu," tutur Donny Hernadi, Manajer Venita Supermarket Tanaman.

Menurut Donny, banyak orang memilih Tillandsia sebagai hiasan di teras rumah atau taman, karena sangat mudah dirawat. "Saking gampangnya, didiamkan tanpa perawatan pun, akan tetap hidup. Enggak perlu disiram dan dipupuk, akan tetap tumbuh." Kendati demikian, jika tanaman ini sudah terlalu kering, tetap akan mati dan tak bisa tumbuh lagi. Namun, lanjut Donny, terkadang tanaman ini juga mati, justru karena terlalu sering disiram. Uniknya, jika tanaman pokoknya mati, anakannya akan tetap tumbuh.

"Jika anakannya banyak, pisahkan saja. Lalu, potong-potong dan tempel-tempelkan lagi di kayu atau pakis. Tillandsia akan tumbuh secara memanjang. Di negeri asalnya, Amerika, ada lem khusus untuk menempelnya. Di sini, biasanya cukup dengan lem cair, sudah bisa menempel. Tillandsia bisa tumbuh lagi," urai Donny.

MUDAH TUMBUH

Mengapa Tillandsia bisa tumbuh dengan mudah? Menurut Donny, karena tergolong air plant, tanaman ini mampu mengambil uap air dari udara. Letakkan saja tanaman ini di tempat terbuka dan terkena sinar matahari. "Tillandsia bisa tetap tumbuh saat disimpan di tempat teduh. Tapi, warnanya bisa berubah. Misalnya, yang tadinya berwarna silver (perak) berubah jadi hijau, tidak seperti aslinya lagi. Jika ingin menghasilkan warna yang bagus dan asli, harus terkena panas secara penuh."

Tillandsia jenis tertentu bisa tumbuh membesar dengan warna daun dan bunga yang sangat indah jika ditanam di media campuran cocopeat, sekam bakar, dan pakis halus. Hanya saja, kata Donny, jenis yang bisa membesar ini tidak terlalu suka dengan sinar matahari langsung. "Tempatkan saja di lokasi yang agak teduh, misalnya di bawah jendela di depan rumah."

Selain mudah dirawat, Tillandsia pun cukup mudah dibudidaya. Berdasarkan sumber dari Bromelia Nursery, cara semai menjadi salah satu langkah mudah untuk memperbanyak Tillandsia. Bahkan, hasil dari perbanyakan Tillandsia bisa mencapai 100 persen. Sebab, Tillandsia lebih banyak melakukan perkawinan sendiri.

Benih tannaman ini akan tumbuh sempurna jika syarat-syarat pendukungnya dipenuhi. Antara lain, tingkat kelembapan, sumber cahaya, dan sirkulasi udaranya cocok untuk benih tanaman ini. Sebaiknya, benih yang ditanam tidak langsung terkena sinar matahari, dan harus berada di bawah naungan, misalnya di bawah paranet.

FAKTA SEPUTAR TILLANDSIA

1. BUNGANYA INDAH. Bunga Tillandsia sangat cantik, berwarna-warni, seperti merah atau ungu. Kombinasi bentuk daun dan warna bunganya sangat menarik dan cocok sebagai penghias taman mungil.
2. BIJI BENIH. Pembiakan Tillandsia melalui biji benih dan anakan dihasilkan dari pokok tanaman atau pups.
3. KONDISI LINGKUNGAN. Saat melakukan penyemaian, penting untuk memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, agar tanaman ini tumbuh sempurna


Tanaman Hias  Jika Anda berniat menghadirkan suasana yang berbeda di ruang tamu Anda. Menghadirkan sensasi bunga-bunga segar contohnya. Apalagi seperti bunga Sedap Malam yang harumnya akan memberikan keceriaan bagi tamu-tamu Anda.

Namun, jangan sembarangan memilih bunga ini. Jika sembarangan, harumnya hanya bertahan 2-3 hari saja, padahal jika Anda cerdik, harumnya bisa mewarnai keceriaan ruangan Anda hingga satu minggu kedepan.

Bagaimana memilih bunga Sedap Malam yang tepat? Pilihlah bunga Sedap Malam yang berasal dari Bandung. Biasanya harumnya lebih tajam dan menarik. Pengaruh hawa Parahyangan mungkin saja menjadi penyebabnya.

Kuncup Sedap Malam pun cukup khas. Warna merah jambu mendominasi ujung bunga yang masih kuncup. Setelah itu, pastikan Anda tidak memilih bunga Sedap Malam yang sedang mekar semuanya. Pilihlah tangkai dengan bunga yang sudah mekar namun juga terdapat bunga yang masih kuncup.

Dengan demikian, Anda bisa menikmati keharuman Sedap Malam hingga seminggu ke depan. Kemudian mintalah penjual memotong bagian ujung bawah tangkai supaya bersih. Setelah itu, Anda siap membawa bunga ke rumah. Memajangnya dalam vas kesayangan Anda. Jangan lupa isikan air ke dalamnya supaya bunga terus segar. Selamat menikmati keharuman Sedap Malam dirumah anda.

Tanaman Hias  

Konon, ribuan tahun lalu, tanaman ini adalah kegemaran dinosaurus. Sampai sekarang tanaman sikas masih mudah ditemui, meski orang sering salah kaprah, dengan menyebutnya sebagai tanaman pakis, atau palem.

Pecinta tanaman pasti sudah tak asing lagi dengan tanaman Sikas. Selintas bentuknya mirip palem. Banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Karena morfologinya yang mirip pakis, banyak juga yang menyebutnya pakis haji
Secara sepintas batang dan daunnya mirip palem.

Tanaman ini termasuk famili Cycadaceae, dan terdiri lebih dari 90-an spesies. Tanaman ini tergolong tanaman sangat kuno, karena telah ada sejak ribuan tahun lalu. Banyak jurnal ilmiah yang mengaitkan tanaman ini dengan jaman Jurrasic yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu.

Secara umum daun sikas berwarna hijau, bentuknya menyerupai bulu dan tumbuh mengarah ke luar dari batang. Panjang daun sangat bervariasi, tergantung dari jenis Sikas. Tingginya beragam. Untuk tanaman hobi biasanya tak lebih dari 3 meter. Selain bentuk Sikas yang umum, ada juga Sikas yang mengalami kelainan, seperti Sikas albino yang dimiliki NA Flona. "Yah sesuai namanya, daun sikas ini tidak berwarna hijau, melainkan albino," kata Santri dari NA Flona.

Masih Mahal

Tak sulit untuk menanam Sikas, baik sebagai tanaman indoor maupun outdoor. Terutama jika media tanam yang digunakan adalah tanah merah. Hanya saja untuk mendapatkan tanah ini biasanya ada di pinggiran kota. "Boleh juga ditambahi pasir malang di bagian atas tanah, agar saat disiram tanahnya tidak becek dan mengotori pot," jelas Santri sambil mengatakan keindahan Sikas selain terletak di daun juga di bonggol.

"Ya, seperti Adenium, Sikas juga diminati karena bonggolnya. Selain itu daunnya makin ke atas dan bentuknya beraturan."
Salah satu alasan kenapa orang menyukai Sikas karena daunnya teratur dan rapi. "Sikas bisa tumbuh besar, cuma dalam waktu yang agak lama. Bahkan lebih lama dari pohon rambutan." Sebagai gambaran, dalam sebulan Sikas hanya mengeluarkan daun sebesar jarum. "Setelah itu baru daunnya agak mekar. Makanya harganya mahal karena tumbuhnya agak lama."

Karena lama berkembang tadi, untuk tanaman setinggi 30 cm saja perlu dua tahun untuk berkembang sampai memiliki bongol sekitar diameter 5 cm. "Semakin besar bonggolnya harganya pun semakin mahal. Dengan tinggi di bawah 1 meter harga mencapai Rp 250 ribu. Lebih dari itu, bisa sampai satu jutaan."

Sikat Kutu

Meski sulit dibudidayakan, perawatan Sikas sangat gampang. "Kena panas atau hujan tidak berpengaruh, meskipun sebenarnya lebih suka panas. Hanya saja, daunnya sering terserang penyakit seperti kutu putih. Jangan dimusnahkan dengan air saja, tapi memerlukan obat tertentu pembasmi hama," jelas Santri.

Jangan sekalipun sembarangan memakai pestisida untuk membasmi hama, karena bisa merusak daunnya. "Biasanya karena tak sabar, tanaman yang kena kutu dianggap sudah mati dan dibuang. Harusnya dibersihkan dengan cara menyikat kutunya. Meski agak lama, tapi dijamin bakal keluar pucuknya lagi."

Perbanyakan Sikas dilakukan dengan cara vegetatif dan biji. Tapi ada juga dari anakan yaitu dari tunas yang keluar dari samping batang. Agar tumbuh lebih baik, Santri menyarankan agar tidak menyiram Sikas setiap hari. "Cukup tiga kali dalam seminggu saja disiram."

FAKTA SIKAS

- Cara memilih Sikas yang bagus, cari bonggol yang besar dan daun yang tidak begitu panjang.
- Indonesia memiliki satu jenis Sikas asli Indonesia, yaitu Cycas rumphii.
- Selain cantik, hampir semua tanaman Sikas bermanfaat sebagai tanaman obat yaitu menyembuhkan berbagai penyakit. Mulai dari darah tinggi, TBC, dan sakit lambung.

dari berbagai sumber.
Noverita K. Waldan

tabloidnova

Bunga “lawas” ini masa jayanya memang di era tahun 80-an. Namun tidak tabu jika Anda ingin menghadirkannya sebagai penghias taman saat ini. Bagaimana kiat pemeliharaannya? Simak ulasan berikut ini.

Kembang bokor atau hortensia atau Hydrangea macrophylla adalah bunga yang sangat elok.
Kuntum-kuntumnya yang mekar tumbuh saling merapat, bergerombol membentuk cluster, menyerupai sarang lebah. Warnanya sangat memikat, ada hijau muda, biru keunguan, merah muda cerah, sampai merah lembayung.

Tanaman ini banyak digunakan sebagai penghias taman, utamanya di daerah yang berhawa sejuk seperti Bogor, Bandung, Puncak, atau Lembang. Selain itu, kembang bokor juga banyak digunakan sebagai elemen taman dalam ruang, pada acara-acara seminar atau pameran.

Negeri Oriental

Kembang bokor yang termasuk keluarga Hydrangeaceae ini berasal dari negeri yang berhawa sejuk. Tepatnya dari daratan Cina, Jepang, dan pegunungan Himalaya. Dari sana, kembang bokor dibawa menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Dalam penyebarannya, kembang bokor yang bisa diperbanyak dengan cara stek batang atau cangkok ini ternyata mengalami perkembangan (baca: kemajuan). Bunganya menjadi lebih besar dan warna serta bentuknya pun semakin bervariasi.

Humus Murni dan Kelembaban Tinggi

Kembang bokor adalah tumbuhan semak yang batangnya berkayu. Tinggi tanamannya hanya berkisar di angka 50 cm. Helaian daunnya berbentuk bulat panjang atau bulat telur, dan pada beberapa varietas, tepian daunnya bergerigi.

Kembang bokor sebenarnya termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Di tempat yang sesuai, ia akan tumbuh dengan baik. Bahkan di tempat yang kurang sesuai pun, ia masih mau tumbuh, meski tanamannya menjadi tidak terlalu besar dan bunganya malas muncul.

Sebagian orang sering mengeluhkan bawa kembang bokor yang dibelinya, tidak mau hidup lama—paling hanya 5 bulan. Malah ada yang sudah membeli berulang-ulang karena penasaran, tetapi hasilnya sama saja, si kembang bokor tak pernah bertahan lama.

Alasan paling sederhana yang bisa menjelaskan permasalahan ini adalah tempat tumbuh kembang bokor yang kurang sesuai. Seperti sudah diceritakan di awal tadi, kembang bokor adalah tanaman yang berasal dari daerah berhawa sejuk dan memiliki tingkat kelembaban tinggi. Karena itu, tempat hidup paling pas bagi si biru jelita ini adalah daerah berhawa sejuk. Kurang dari ini, si kembang bokor masih mau hidup—bahkan bisa tumbuh subur—hanya saja bunganya malas muncul. Jika Anda kebetulan tinggal di daerah yang kurang sejuk, jangan berkecil hati, ada beberapa perlakuan yang bisa membuat si kembang bokor tetap hidup.

Yang pertama, tempatkan si kembang bokor di lokasi yang terkena sinar matahari penuh, tetapi hanya sinar matahari pagi (maksimal sampai jam 10.00). Kemudian, tanam si kembang bokor pada media yang benar-benar subur, misalnya humus murni yang berasal dari sisa-sisa tanaman. Kembang bokor menyukai struktur media yang poros/beremah tetapi bisa mengikat air dengan baik.

Untuk penyiraman, karena kembang bokor berasal dari daerah yang memiliki tingkat kelembaban tinggi, tanaman ini menghendaki pasokan air yang teratur dalam jumlah yang cukup. Jangan menyiram terlalu berlebihan karena bisa menyebabkan tanaman busuk.

Pemupukan

Meski medianya sudah humus murni, si kembang bokor ternyata masih memerlukan pupuk agar pembungaannya bisa sempurna. Secara rutin, dalam jangka waktu dua minggu sekali, pupuklah si kembang bokor menggunakan pupuk yang tinggi kandungan Phospor/P-nya. Atau jika tidak ada, boleh juga diganti dengan pupuk NPK.

Pupuk kandang dari kotoran kambing atau domba (yang juga tinggi kandungan P-nya) bagus juga digunakan sebagai alternatif pupuk organik, menggantikan pupuk kimia. Gejala kekurangan unsur hara—tanda bahwa tanaman sudah harus dipupuk—yang sering ditunjukkan oleh si kembang bokor adalah munculnya warna kekuningan di sela-sela tulang daun.

Menyulap Warna Kembang Bokor

Warna bunga kembang bokor dipengaruhi oleh unsur aluminium. Aluminium inilah yang mempengaruhi pigmen warna bunga si kembang bokor menjadi biru. Ketersediaan unsur aluminium tergantung dari kadar keasaman tanahnya.

Pada tanah asam—dengan pH kurang dari 5,5—aluminium mudah diserap oleh tanaman karena tersedia dalam bentuk unsur bebas/tidak berikatan dengan senyawa kapur (Ca) dalam tanah. Kembang bokor yang ditanam pada tanah jenis ini akan menghasilkan bunga berwarna biru. Pada tanah dengan pH 5,5 – 6,5 unsur aluminium agak sulit diserap oleh tanaman, karena sebagian sudah membentuk ikatan dengan senyawa kapur di dalam tanah. Pada tanah demikian, si kembang bokor akan menghasilkan bunga berwarna lembayung muda (keunguan). Dan pada tanah basa dengan pH 7 atau lebih, unsur aluminium akan diikat erat oleh kapur, sehingga tidak bisa diserap oleh si kembang bokor. Kembang bokor yang ditanam pada tanah semacam ini akan menghasilkan bunga berwarna merah muda.

Tanah yang kita miliki di Indonesia kebanyakan bersifat asam. Karena itu, kembang bokor yang kita temui seringkali berwarna biru hingga lembayung. Ada sedikit trik yang bisa dicoba jika Anda ingin menyulap warna si kembang bokor menjadi merah muda.

Seperti sudah dijelaskan, warna merah muda akan timbul bila tanah bersifat basa. Untuk memperoleh tanah yang bersifat basa, Anda harus menaikkan pH tanah. Caranya adalah dengan menggunakan kapur pertanian atau dolomit. Dosis yang bisa digunakan adalah 0,5 – 1 kg dolomit/meter persegi tanah. Atau bisa juga dengan menyiramkan larutan kapur tembok yang dicampur/dilarutkan dalam air, dengan konsentrasi 50 gram kapur per liter air/meter persegi tanah.

Biasanya dosis di atas bisa menaikkan pH tanah sebanyak 0,5 – 1. Satu hal yang perlu diingat, penaikan pH ini tidak boleh dilakukan dengan serta merta. Dalam rentang waktu seminggu, Anda hanya boleh memberikan perlakuan sekali. Jika Anda paksakan, alih-alih menjadi merah muda, tanaman malahan mati. (Indri Lidya K./http://www.tabloidrumah.com)

tabloidrumah

Tanaman Hias  Peninjauan kali ini adalah pada usaha tanaman hias yang bernama “Rumah Bunga Rizal”, terletak di jl. Raya Maribaya km 2,4 Lembang, Bandung. Pak Rizal (pemilik usaha ini), adalah seorang arsitek, yang memulai usahanya sejak tahun 1985. Pada awalnya, daerah Lembang lebih banyak ditanami sayur-sayur an, sehingga usaha pak Rizal ini hanya dilihat sebelah mata.

Pak Rizal, yang memang hobi menanam bunga ini memulai usaha dari tak punya tanah sama sekali, secara bertahap usahanya berkembang, dan saat ini lokasi usahanya di Lembang terletak di atas tanah seluas 2,2 hektar, dengan
karyawan tetap 22 orang. Rumah Bunga Rizal (disingkat RBR), mengajak para petani dilingkungannya sebagai mitra, saat ini pak Rizal sebagai Ketua Kelompok yang terdiri dari 120 orang. RBR mendapatkan bantuan pembiayaan dari salah satu Bank BUMN setempat. Usaha ini masih dijalankan secara perorangan.

Pada umumnya pemasaran melalui agen, dan sebagian besar konsumen merupakan masyarakat pencinta bunga (Hobiis). Pemasaran terbanyak ke Jakarta dan Bali. Pak Rizal juga mempunyai lokasi usaha di Bali. Beberapa tahun lalu pernah ekspor ke beberapa negara, namun tak dilanjutkan karena kesulitan dalam pengurusan ijin dan birokrasi.

Krisis finansial secara tak langsung juga membuat penjualan melambat, dan beberapa agen meminta penundaan pembayaran. Untuk mempertahankan usahanya, RBR mulai melakukan beberapa diversifikasi usaha, antara lain mencoba membuat usahanya bisa sekaligus sebagai wisata bunga dan kuliner, dengan membangun restoran, agar pengunjung dapat beristirahat sambil makan minum dan menikmati hamparan bunga yang indah. RBR juga mengadakan pelatihan budidaya tanaman bunga, yang terdiri dari beberapa paket: a) Paket kalangan pelajar, dimaksudkan agar anak-anak sekolah dapat mengenal sejak dini dan mencintai tanaman, sebagai bagian dari makhluk hidup. Waktu: minimal 2 jam kunjungan untuk penyampaian materi. b) Paket kalangan umum. Ditujukan kepada hobiis tanaman hias, ibu-ibu rumah tangga, pelaku usaha pemula dan lain-lain. Waktu: minimal 3 (tiga) jam kunjungan untuk penyampaian materi. c) Paket pelatihan lanjutan. Paket ini ditujukan bagi penyuka tanaman hias yang telah memiliki pengetahuan teknis budidaya, dan ingin melanjutkan proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Waktu: 1 (satu) hari penuh.

Materi yang diberikan: 1) Teknis budidaya: Pengenalan, rumah tanam, sarana produksi, mengenal media tanam, pengolahan media, menanam, menyiram, memupuk, atasi hama dan penyakit, serta perbanyakan secara umum. 2) Perencanaan usaha. 3) Perencanaan pemasaran. Materi disampaikan langsung oleh bapak Rizal Djaafarer, pemilik RBR, yang telah berpengalaman secara profesional lebih dari 20 tahun di bidang budi daya tanaman hias, dibantu instruktur terampil dilapangan.

Tanaman hias yang berada di lokasi RBR antara lain terdiri dari berbagai jenis anggrek, kaktus, dan lain-lain. Di area yang luas terdapat bermacam-macam kaktus hasil persilangan, yang warnanya sangat menarik.

Untuk berbisnis tanaman hias ada beberapa pilihan: a) Sebagai pedagang, minimal memahami sedikit pengetahuan tentang tanaman yang akan dijualnya. b) Petani, memerlukan product knowledge. c) Pembibit, tuntutan keahlian dan pengetahuan lebih tinggi dibanding a dan b. Paling tidak harus menguasai taksonomi, genetika, serta memerlukan investasi cukup besar untuk membangun laboratorium, serta punya visi kedepan untuk memperkirakan apa yang akan dikuasai di Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Dari ketiga hal di atas, yang masih kurang di Indonesia adalah bagian c karena memang memerlukan keahlian, dan kemampuan untuk menyenangi bidang pekerjaannya secara mendalam.

Setelah bincang-bincang dengan pak Rizal, dan disuguhi teh panas manis, kami berkeliling melihat berbagai aneka ragam tanaman hias.

Yang menarik adalah koleksi kaktus warna merah hasil dari persilangan, yang sangat menyejukkan mata. Teman saya sangat tertarik untuk membeli beberapa koleksi tersebut, sayang kaktus warna merah darah yang indah di bawah ini belum dapat dijual.

Saya tak membeli satupun, karena halaman yang sempit, dan juga kaktus hasil persilangan memerlukan perawatan yang intensif. Besoknya di kelas diadakan diskusi dari hasil peninjauan ini, dari sisi manajemen, teknik produksi, pemasaran dan sebagainya. Sayang saya tak bisa membahasnya disini.

Catatan:

Tulisan di atas berdasarkan hasil peninjauan di lokasi dan wawancara dengan bapak Rizal.

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Kecantikannya semakin menonjol bila didukung dengan sosok tanaman yang seluruhnya optimal, mulai dari batang kokoh, cabang kompak, dan susunan bunga yang bagus. Wajar bila penampilannya mengundang perhatian, sehingga banyak yang meminatinya.

Apalagi ada kepercayaan, keluarnya bunga dapat menggambarkan nasib dan keberuntungan si pemiliknya. Ingin euphorbia Anda berbunga semarak? Mudah, lakukan 6 P, yaitu pemangkasan, penyiraman, pemupukan, penempatan,
penyiangan, dan pengendalian penyakit.

A. Pemangkasan

Pemangkasan dapat dimulai sejak euphorbia dalam masa penyuburan. Tujuannya, untuk membentuk tajuk yang seimbang, sehingga terlihat cantik dan mengurangi penguapan. Patokannya mudah, cabang-cabang yang tepat berada di sisi kiri, kanan, depan, dan belakang sebaiknya dibiarkan, selain itu dibuang saja. Nantinya, tunas baru bermunculan di setiap cabang, sehingga tampak lebih rimbun. Waktu yang pas untuk pemangkasan adalah usai penyuburan dan pembungaan pertama kali. Tepatnya di akhir masa pembungaan pertama. Bunga tua juga harus dipotong untuk memunculkan bunga baru. Bunga mekar selama dua bulan. Setelah itu, warnanya pudar, kusam, dan akhirnya layu.

B. Penyiraman

Agar euphorbia tumbuh prima dan selalu berbunga lebat, sebaiknya deprogram penyuburan-pembungaan-penyuburan-pembungaan, demikian seterusnya. Umumnya, fase penyuburan berlangsung 1-1,5 bulan. Sedangkan pembungaan biasanya berlangsung selama 3-4 bulan. Setelah menjalani masa penyuburan selama 1,5 bulan, sosok euphorbia telah bersalin rupa dengan percabangan banyak dan daun yang rimbun. Itulah saat yang tepat untuk memasuki periode berikutnya, yaitu pembungaan. Saat itu, tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang memadai. Penyiraman dapat diberikan setiap hari dengan memakai sprayer atau gembor, agar cipratan air yang keluar halus, sehingga tidak merusak daun dan memuntahkan sebagian media tanamnya.

C. Penempatan

Penyinaran penuh ternyata merangsang euphorbia berbunga lebat. Untuk itulah, sebaiknya letakkan pot euphorbia di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh dan sirkulasi udara di sekitarnya bagus. Hasilnya, sejak dipindahkan selama seminggu akan muncul bunga-bunga di sela-sela tajuknya. Sebulan kemudian, bunga-bunganya muncul serempak menyesaki setiap daunnya.

D. Penyiangan

Senantiasa menjaga kebersihan adalah salah satu cara agar euphorbia tumbuh subur dan berbunga lebat. Pasalnya, rumput atau tanaman liar lain yang biasanya tumbuh di media tanam akan menjadi pesaing euphorbia dalam penyerapan hara. Bahkan tanaman itu bisa jadi vector atau tempat bersembunyi hama dan penyakit, seperti serangga atau kutu. Untuk itulah gulma harus dicabut, sementara daun yang rontok sebaiknya segera dibuang.

E. Pemupukan

Agar berbunga lebat, euphorbia membutuhkan unsure hara dalam jumlah memadai. Ketika tanaman dipindahkan ke tempat terbuka, berikan pupuk majemuk dengan kadar N rendah, sementara P dan K tinggi. Merknya bermacam-macam, seperti Growmore, Hyponex atau Gandasil. Dosisnya 1 gram/liter/tanaman. Aplikasi pupuk seminggu sekali dengan cara mengocorkan ke media tanam. Perlakuan ini terus dilakukan seminggu sekali. Tingginya kadar P dan K merangsang euphorbia untuk memunculkan bunga. Baru seminggu disemprot pupuk, tanaman ini pun sudah mulai berbunga. Cara praktis dengan menaburkan pupuk lambat urai (slow release), seperti Dekastar, Magamp, dan Osmocote sebanyak 1-2 sendok makan setiap 3 bulan sekali. Dengan cara ini tanaman dapat menyerap hara setiap saat.

F. Hama dan Penyakit

Euphorbia sebenarnya tanaman hias yang bandel dan relatif jarang terserang hama dan penyakit. Meski demikian, tak ada salahnya Anda waspada dengan kehadiran kutu putih (white flies, mealy bug) dan thrips, karena kehadirannya membuat tanaman ini malas berbunga. Untuk memberantasnya dapat menggunakan insektisida, seperti Metindo, Pegasus, dan Agrimex. Frekuensi dan dosis sesuai petunjuk di labelnya. Penyakit lain yang perlu diwaspadai adalah bakteri Erwinia, penyebab busuk akar yang biasanya muncul di musim hujan. Untuk mencegahnya, lakukan penyemprotan pestisida secara berkala

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Kunci keberhasilan merawat euphorbia ada pada media tanam yang baik. Dengan media tanam yang baik, akan membuat tanaman ini tumbuh subur, sehat, akar kuat, batang kokoh, dan rajin berbunga. Untuk itulah, media tanam harus mengandung unsur hara dalam jumlah memadai. Pot sebagai wadah tanam sebaiknya dipilih yang memiliki drainase baik. Setelah itu, baru memahami cara penanaman yang benar. Berikut cara menanam euphorbia dengan benar

• Siapkan pot yang ukurannya sepadan dengan besar-kecilnya euphorbia. Pastikan kondisi pot bersih dan memiliki lubang di bagian dasar untuk membuang kelebihan air.

• Masukkan beberapa potongan styrofoam atau pecahan genting yang jumlahnya asal menutup lubang, karena tujuannya untuk mencegah air tidak menggenang di dasar pot.

• Isi pot dengan formulasi media tanam yang sudah dibuat, jumlahnya kira-kira separuh pot. Taburkan butiran pupuk lambat urai sebanyak setengah sendok makan.

• Ambil bibit euphorbia, lalu bersihkan akar-akarnya. Setelah itu, tanaman siap ditanam.

• Masukkan euphorbia ke media tanam dengan posisi tegak. Pastikan akar menyebar merata dan tidak saling melilit atau menumpuk satu dengan yang lainnya.

• Isi media tanam hingga penuh, lalu siram air sampai media tanam terlihat padat. Letakkan bibit di lokasi teduh dan aman dari gangguan.
Selamat mencoba. [ary]
Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Membuat taman sendiri itu mengasyikkan lho… ternyata sangat mudah bila kita perlahan mempelajarinya. Yang terpenting adalah apa sih yang kita inginkan dan memang diperlukan untuk mempercantik rumah kita. Jangan pernah memikirkan seberapa luas halaman dan rupiah yang kita punya. Tau ga sebenarnya dengan membuat taman sederhana (min. 20% dari luas tanah) kita juga bisa menyelamatkan bumi dari pemanasan global lho istilah kerennya “Global Warming“.

Pemilihan tanaman, tata letak, pengolahan tanah dan perawatan, drainase dan tentu saja budget (soalnya emang harus tapi kalau ada yang ngasih diterima aja) yang harus diperhatikan.

Pemilihan tanaman

Pilih tanaman yang sehat (pastinya ya….) dengan daun yang lebat (kecuali kaktus …), batang yang kuat, usahakan beli tanaman atau pohon dengan container-nya maksudnya bila nanti kita menanam di taman kita dia dapat lebih cepat beradaptasi.

Tata Letak

Selalu perhatikan komposisi tanaman seperti rumput (grass), tanaman penutup (groundcover), perdu (shrubs and feature plant), tanaman air (waterplant) dan pohon (tree). Untuk area penutup dinding kita bisa letakkan pohon di belakang (foreground), dan dibawahnya kita dapat letakkan perdu tapi ingat jangan pernah meletakkan rumput di bawah pohon karna sudah pasti nanti akan mati. Di bawah atau sekitar perdu dapat kita tanam groundcovers, dan terakhir kita bisa menanam rumput.

Pengolahan tanah

Bagian ini yang paling penting diperhatikan. Pengolahan tanah yang baik dengan pencampuran tanah dan pupuk (organik atau non organik) tapi jangan kuatir sudah banyak penjual tanah yang telah dicampur (mixed) oleh penjual tanaman. Penyiraman yang baik juga harus diperhatikan terutama pada pagi dan sore hari. Tapi kalau ada dana lebih kita bisa beli sprinkler (penyiram air) otomatis yang dapat diset kapan kita mau menyiram air.

Drainase

Pada musim hujan bagian ini yang penting diperhatikan. Tanpa drainase kebun atau taman kita bisa banjir lho. Kenapa? Karena pada dasarnya drainase untuk mengatur aliran air yang sudah tidak terpakai dialihkan ke pembuangan riol (istilahnya got)
Jadi jangan ragu deh untuk membuat taman sederhana dengan budjet yang Anda punya, karena dengan sedikit kita mengolah halaman kita dampaknya akan semakin besar untuk lingkungan kita dan pada bumi pada umumnya.

Tanaman Hias  

Kenali Pantangan si Ratu Daun

Tanaman Hias  Pesona aglaonema akan senantiasa terpancar. Itu selama si pemilik memenuhi syarat penting untuk tumbuh kembang si ratu daun ini, yaitu teknik perawatan. Perawatan aglaonema memang terkenal sulit. Sebab, ia termasuk tanaman ‘manja’. Namun bila si pemilik tahu kelemahan, kelebihan, dan pantangan tanaman ini, sinar daunnya akan terpancar indah nan mengkilap. Kolektor Aglaonema di Kediri, Jawa Timur (Jatim) – Mustaqim, siap memberikan tips dan trik tepat cara tangani si ratu daun ini.

Hindarkan Air Kaporit

Agar agalonema terlihat segar setiap saat, banyak yang menggunakan alternatif dengan menyiram bagian daunnya. Namun siapa mengira kalau jenis air untuk menyiram aglaonema juga penting diperhatikan. Intinya, tak sembarang jenis air bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan aglaonema. Meski hanya untuk kebutuhan estetika.

Memilih jenis air sebaiknya menghindari yang mengandung kaporit. Lebih baik menggunakan air murni ataupun air sumur yang belum terkontaminasi bahan kimia. Namun bagi Anda yang di daerahnya hanya terdapat air ledeng, dimana sudah dipastikan kadar kaporit yang terkandung di dalamnya, yaitu bisa menggunakan alternatif dengan mendiamkan air selama 2-4 hari. Itu dilakukan untuk mengendapkan unsur kaporit di dalam air. Barulah air bisa digunakan dengan mengambil bagian atasnya dan sisakan endapan airnya. Maka, air aman disemprotkan pada aglaonema.

Periksa Media Tanam

Pasti bukan hal yang menyenangkan jika daun aglaonema terlihat lebih kecil dari semula. Banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhi tampilan aglaonema ini. Salah satunya berhubungan dengan unsur media tanam. Langkah awal yang bisa dilakukan jika menemui perubahan tampilan pada aglaonema adalah dengan memeriksa media tanam.
Jika media terasa keras dan padat, itu menandakan harus segera diganti. Pasalnya, media yang keras dan padat bisa menyebabkan pertumbuhan akar berhimpitan dan sulit untuk berkembang. Jika struktur akarnya banyak percabangan dan kesannya semrawut, sebaiknya dipangkas.

Sebab, rimbunnya akar akan menghambat pertumbuhan tanaman, meski unsur hara yang ada dalam media bisa terserap dengan cepat. Barulah aglaonema yang dipangkas akarnya dapat ditanam lagi pada pot yang lebih besar, agar memberikan kemudahan bergerak pada fase pertumbuhan akar nantinya. Siram hingga air menetes dari pot, maka tanaman akan segar kembali.

Periksa Akar

Hampir serupa dengan kasus sebelumnya, hanya kali ini bagian daun aglaonema terlihat layu dan lemas, sehingga berdampak pada tampilan tanaman yang tak menunjukkan aura dan karakternya. Kebanyakan menduga, tanaman kekurangan asupan vitamin ataupun pupuk hingga hal fatal pun terjadi, yaitu pemberian dosis pupuk atau vitamin melebihi prosedur yang dianjurkan, dimana banyak yang menggunakan bahan kimia untuk mempercepat efeknya.

Bukannya semakin membaik, kondisi aglaonema malah semakin parah. Bahkan tak sedikit aglaonema mati, karena keracunan unsur kimia. Itu seringkali dikeluhkan para penggemar aglaonema. Untuk mengetahui penyebab layu dan lemasnya daun aglaonema, coba periksa bagian akarnya. Bila akar lodoh (bola akar, red) berwarna coklat kehitaman, tandanya cendawan sudah bersarang, sehingga langkah yang diambil adalah dengan membuang akar yang bersarang dan oleskan fungisida di bagian bekas potongan hingga menutup permukaan.

“Tanam kembali aglaonema di pot dan media yang baru. Tentunya, media yang dapat digunakan adalah non pupuk kandang. Biasanya, bisa diaplikasikan dengan arang sekam, cocopeat (serbuk sabut kelapa, red), pasir malang serta kapur untuk menetralisir kadar keasaman media,” terang Mustaqim

Tanaman Hias  

2. Penyakit

Busuk Pangkal Batang

Tanaman Hias  Gejala: Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur. Batang terinfeksi menjadi busuk dan berwarna coklat tua. Di sekitarnya muncul bulu-bulu berwarna putih yang merupakan miselium jamur.
Pengendalian: Pilihlah bibit yang benar-benar sehat dan berkondisi prima. Jika menyiram, usahakan air jatuh langsung pada media tanam dan tidak terkena kaktusnya. Tanaman yang sudah parah, sebaiknya dibuang saja. Jika masih dini, semprot dengan Benlate T20 KIP dengan dosis 1 -2 gr/ liter air.

Busuk Bakteri

Gejala: Tanaman yang terinfeksi bakteri Pseudomonas Sp. menjadi layu, kusam, dan mengandung lendir berwarna putih kotor. Tanaman kemudian membusuk perlahan-lahan dan akhirnya mati.
Pengendalian: Buang bagian tanaman yang terinfeksi dan jauhkan dari tanaman kaktus lain yang sehat. Untuk mencegah serangan penyakit ini, media tanam yang digunakan sebaiknya disterilkan lebih dulu.

Penyakit Tepung

Gejala: Penyakit ini disebabkan oleh jamur. Kaktus yang terserang, permukaan batangnya akan ditutupi lapisan putih kelabu yang jika disentuh akan terasa bertepung. Jika serangannya cukup berat, pada batang akan muncul bercak-bercak kecoklatan.
Pengendalian: Taburkan tepung belerang secukupnya pada permukaan batang kaktus yang sakit.

Layu Fusarium

Gejala: Batang yang terserang penyakit ini akan berwarna suram dan menjadi layu. Pada serangan yang berat, batang akan membusuk dan berwarna kecoklatan. Jika batang diiris, akan terlihat bentuk seperti cincin berwarna coklat tepat di bawah kulit batang.
Pengendalian: Semprotkan Benlate T20 KIP dengan dosis 1 -2 gr/ liter air. Tanaman yang sakit sebaiknya dijauhkan dari tanaman yang sehat.

Kapang Jelaga

Gejala: Kaktus yang terserang penyakit ini batangnya akan tertutup lapisan berwarna hitam dan jika disentuh terasa bertepung. Pada serangan lanjut, batang kaktus akan ditumbuhi jamur berwarna kecoklatan.
Pengendalian: Taburkan tepung belerang secukupnya pada permukaan batang kaktus yang sakit. (Indri Lidya K.)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Meski sosoknya “seram” karena dipenuhi duri, ternyata kaktus tetap memiliki “musuh” yakni hama dan penyakit. Keberadaan musuh-musuh ini, jelas harus diperangi agar pertumbuhan kaktus tetap optimal.

Budi daya kaktus sebenarnya tidaklah serumit yang dibayangkan banyak orang. Sebab, kaktus sebenarnya tergolong tanaman yang “bandel”. Dalam artian, kaktus tidak butuh perlakuan khusus agar bisa tumbuh dengan baik. Meski demikian, dalam budidaya kaktus ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal-hal tersebut adalah, persiapan dan pemilihan pot, persiapan dan
pemilihan media tanam, cara penanaman, penyiraman, pemupukan, repotting, serta pengendalian hama dan penyakit.

Untuk yang disebut paling akhir ini, ada baiknya jika mencari informasi sebanyak-banyaknya (khususnya yang masih pemula), guna menghindari terjadinya salah penanganan terhadap sang “musuh” yang menyerang kaktus kesayangan. Tulisan berikut ini akan memberikan info, “musuh-musuh” apa saja yang sering menyerang tanaman kaktus, berikut cara penanganannya.

Secara umum, musuh kaktus bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hama dan penyakit. Yang disebut hama adalah gangguan terhadap tanaman kaktus yang ditimbulkan oleh hewan. Sedangkan penyakit adalah gangguan terhadap kaktus yang timbul karena penyebab selain hewan (misalnya jamur, bakteri, dan virus).

1. Hama

Tungau

Gejala: Seluruh permukaan tanaman kaktus berubah menjadi coklat akibat matinya jaringan klorofil.
Pengendalian: Tungau dapat dikendalikan secara mekanik atau kimia. Secara mekanik, gosok batang kaktus memakai cotton bud atau sikat gigi yang sudah dicelup larutan sabun (terdiri dari 1 sendok makan detergen atau sabun colek yang dilarutkan dengan 5 liter air). Sedangkan secara kimia, tungau dikendalikan dengan menyemprot Omite 570 EC dengan dosis 1 - 2 gram/liter air. Jika serangan sudah terlalu parah, sebaiknya bagian kaktus yang terinfeksi dibuang.

Kutu Putih (mealy bug)

Gejala: Kaktus terlihat kotor karena terselubung semacam selaput seperti kapas kehitaman.
Pengendalian: Sikatlah bagian yang terserang dengan sikat gigi atau kuas. Jika ingin menanganinya secara kimia, semprotkan Basudin dengan dosis 2 ml/liter air, tiap 10 hari sekali sampai serangan kutu hilang.

Kutu Batok

Gejala: Kutu batok ini menyerang kaktus dengan cara menghisap cairan dalam tanaman, sehingga kaktus berubah menjadi kekuningan (seperti daun yang layu) dan akhirnya mati.
Pengendalian: Jika serangan sudah parah, sebaiknya kaktus dibuang saja sebelum menular ke kaktus lain. Tetapi jika serangan masih dini, rendam kaktus dalam larutan sabun (1 sendok makan detergen atau sabun colek dalam 5 liter air) selama 15 menit.

Kutu Sisik

Gejala: Permukaan batang kaktus terlihat kotor atau kusam, dan lama-lama pertumbuhannya makin merana. Kutu sisik juga dapat mengundang kedatangan semut, sehingga kaktus dikerubungi semut.
Pengendalian: Secara mekanik, kutu sisik dapat dikendalikan dengan cara membersihkan permukaan kulit batang kaktus menggunakan sikat halus atau kuas. Pengendalian secara kimia, semprotkan Decis 2,5 EC dengan dosis sesuai yang tertera pada kemasan.

Kutu Wol

Gejala: Bagian yang terserang menjadi lemah, karena cairan tanaman diserap oleh sang kutu. Lama kelamaan ruas-ruas batang menjadi layu dan berguguran.
Pengendalian: Sama seperti pengendalian kutu sisik.

Cacing

Gejala: Bagian yang diserang oleh cacing adalah akar kaktus. Akibatnya akar menjadi rusak dan tak dapat berfungsi. Akhirnya tanaman akan mati.
Pengendalian: Sebelum menanam, sebaiknya bagian akar kaktus disterilkan lebih dulu dengan alkohol 70%. Atau bisa juga dengan mencampurkan Furadan dalam media tanam.

Bekicot atau Keong

Gejala: Tunas-tunas kaktus menjadi rusak dan bentuknya tak beraturan. Kadang-kadang pada serangan yang lanjut, kaktus bisa membusuk.
Pengendalian: Tangkap bekicot/keong lalu dibuang atau dibakar. Kemudian lakukan pembersihan terhadap lingkungan sekitar kaktus.

Semut

Gejala: Akar dan tunas muda rusak karena biasanya semut hidup di dalam tanah atau di bawah perakaran kaktus.
Pengendalian: Singkirkan dulu semutnya dengan menjemur kaktus di bawah terik matahari. Kemudian lakukan pembersihan terhadap lingkungan sekitar kaktus.

Kecoa tanah

Gejala: Terjadi kerusakan pada bagian akar kaktus sehingga akibat yang terlihat pertumbuhan kaktus terhambat bahkan sampai mati. Kecoa biasanya “terselip” pada pupuk kandang.
Pengendalian: Ganti media tanam kaktus dengan bahan yang sudah disterilkan lebih dahulu.

Tikus rumah

Gejala: Hama yang satu ini gemar melahap buah kaktus yang masak atau menggerogoti batang kaktus (pada golongan yang tidak berduri seperti Gymnocalycium).
Pengendalian: Memasang perangkap tikus di sekitar lokasi kaktus dan membersihkan lingkungan di sekitar kaktus dari sampah-sampah tempat tikus bersarang. (Indri Lidya K)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Kapan saya harus menyiram adenium saya, seberapa sering, seberapa banyak harus disiram ? Pertanyaan diatas sangat sering kita temui. Tidak hanya bagi pemula, tetapi juga bagi banyak orang yang sudah lama memelihara adenium, dan mengalami krisis kepercayaan, terutama jika sebagian koleksinya mengalami masalah busuk batang, atau masalah lain terkait penyiraman adenium yang dimiliki, semua pengetahuan dan ilmu yang dimiliki jadi pupus.

Penyiraman adenium sangat ditentukan banyak faktor, tidak ada satu metoda atau cara yang paling benar. Dipengaruhi oleh usia tanaman, besar kecilnya,
media tanamnya dan besar kecil potnya, kondisi tanaman, kondisi lingkungan eksternal seperti intensitas sinar matahari, angin, dll. Untuk dapat mengetahui kebutuhan adenium kita akan air, sebagai pencinta adenium tentu saja kita harus mempelajari perilaku dan kebiasaannya sebagai berikut :

Untuk pertama kali siram adenium tadi, usahakan menyiram sampai basah dan merata. Setelah itu tergantung media yang digunakan, biasanya 2 hari setelahnya media akan nampak mengering dipermukaan. Tetapi kalau kondisi internal dan eksternalnya berbeda bisa saja dalam waktu tersebut media masih basah. Atau bisa saja media diatas kering tetapi didalam masih basah, hal ini terutama jika menggunakan sekam. Untuk memastikan coba angkat potnya, dan rasakan perbedaannya dibandingkan dengan media dalam keadaan kering. Jika terasa ringan, berarti penyiraman selanjutnya dapat dilakukan. tetapi jika masih terasa agak berat, berarti keesokan harinya harus dicek kembali.
Penyiraman sangat tergantung dari media yang kita gunakan. Sekali kita mengetahui formulanya, penyiraman merupakan rutinitas yang menyenangkan.

Usahakan antar waktu penyiraman dilakukan dengan menambah 1 hari media dalam keadaan kering. Penyiraman berikutnya dilakukan dengan menyiram medianya sampai air mengalir keluar dari lubang didasar pot. Pastikan air mengalir beberapa saat, sehingga air merata meresap keseluruh media, agar perakaran berkembang merata dan optimal. Disamping itu agar sisa-sisa pemupukan yang masih tertinggal dapat larut terbawa air, dan tidak menumpuk dimedia tanam, atau didasar pot.

Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kondisi tanaman, tidak selamanya interval yang dilakukan berlaku, mengingat kondisi tanaman berbeda-beda. Setelah berbunga umumnya penyiraman dikurangi, karena pada saat ini metabolisme tanaman menurun, dan sedang mengatur nafas untuk melanjutkan siklusnya kembali. Jika kita temui sebagian daun tiba-tiba menguning, atau cabangnya tampak gundul, kurangi penyiraman media terlalu banyak menyimpan air. Jika bonggol tampak mengkerut, salah satu faktornya penyiraman yang tidak teratur dan intensitasnya kurang. Untuk mengatasinya dapat dilihat pada Tips Jika bonggol anda mengkerut. Jika tampak pertumbuhannya ekstrem disisi yang lain, mungkin saja peyiramannya tidak merata. Jika tanaman tidak berbunga dalam jangka waktu lama, penyiraman merupakan salah satu faktor dan solusinya.

Jika terlihat adenium kita mulai mengeluarkan tunasnya, berarti adenium kita sedang energi penuh untuk tumbuh. Penyiraman harus dilakukan untuk mendukung pertumbuhannya. Pada saat ini pertumbuhannya sangatlah pesat.. Jangan sampai kekeringan, karena pertumbuhan yang baru dimulai dapat berhenti seketika karena metabolismenya terganggu. Untuk memulainya kembali dibutuhkan waktu yang lama. Penyiraman teratur dan jumlah yang cukup akan membuat pertumbuhannya maksimal, dan pembungaan yang lebih kompak.

Tips dari Bp. Ananta
Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Ini bukan gentong sembarangan. Gentong yang biasanya dipakai untuk tempat air bagi masyarakat pedesaan disulap menjadi taman. Bahkan, bisa dilengkapi air terjun! Tentu, semua ukurannya mini.

Perhatikan detail taman di dalam gentong-gentong ini. Indah, mirip betul dengan taman sungguhan, bukan? Untuk mendapatkan bentuk taman yang indah, tentu saja dibutuhkan kreativitas dan imajinasi yang tinggi. "Enggak gampang, lo, membuatnya," jelas Hj. Ritta Rico, pemilik Gentong Curug yang memproduksi taman mini tersebut.

Dengan melubangi pinggir gentong dan membuat langsung lansekap di dalamnya, taman mini pun tercipta. "Buat dulu lubang sebesar yang kita inginkan. Baru dibentuk reliefnya dari batu dan semen. Tambahkan bunga atau tanaman plastik." Untuk membuat air terjunnya pun diperlukan penghitungan yang matang. "Yang diutamakan adalah penggunaan selang dan penghitungan tepat mengenai perkiraan jatuhnya air," sambung Ritta yang memilih getong dari Plered, Purwakarta karena terkenal tahan banting.

Dari mana Rita pertama kali mendapat ide? Dari temannya yang punya taman dengan lansekap bagus, tapi harus direlakan saat si empunya pindah rumah. "Saya pikir, kenapa tidak bikin yang kecil saja, yang bisa dipindah-pindah. Tinggal disesuaikan tempatnya saja. Bisa ditaruh di ruang tidur, makan, atau ruang tamu."

Tanaman Hidup

Ternyata tidak sulit merawat gentong-gentong hias ini. Paling tidak, tidak sesulit merawat akuarium. Tinggal buang saja air di dalamnya, lantas keringkan dengan pompa yang biasa dipakai untuk membersihkan akuarium. Setelah itu dilap sampai kering, baru diisi lagi dengan air. "Tak seperti akuarium yang butuh perawatan khusus, gentong tak perlu disikat atau memakai sabun. Karena malah bisa merusak, dan airnya jadi tidak jernih." Lakukan setiap empat bulan sekali.

Ingin memakai tanaman hidup? Bisa! "Tapi harus dipesan khusus karena memakai tanah sebagai media. Tanamannya juga harus khusus seperti sri gading, atau lidah buaya yang kecil. Tidak semua tanaman bisa dipakai karena akan tumbuh membesar."

Suara gemercik air terjunnya pun amat menenteramkan, cocok untuk relaksasi. "Seperti mendengar suara alam. Apalagi kalau ditambah dengan aromaterapi bisa jadi obat untuk penghilang stres setelah seharian bekerja."

Awasi Si Kecil!

1. Hati-hati jika masih memiliki anak kecil yang pasti tertarik dengan gemericiknya air. Simpan di tempat yang jauh dari jangkauan.
2. Kondisi air sangat penting dan diperhatikan. Cek ketinggian air, lantas lakukan penambahan jika air mulai berkurang.
3. Letakkan sesuai interior rumah. Bisa ditaruh di tempat tinggi atau di lantai saja. Alternatif lain, gunakan rangka besi seperti yang biasa dipakai untuk pot tanaman.

Koleksi: Curug Gentong, Komp. Samudera Indonesia Blok A5, Depok (021 77824251)

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Keindahan aglaonema tak pernah ada batasnya. Stok silangan yang terproduksi dari lokal maupun impor, membuat kita tak pernah bosan dengan tanaman hias yang juga dikenal dengan nama sri rejeki ini. Namun pertanyaannya, bagaimana memilih aglaonema impor atau lokal yang baik dan apakah merawatnya semudah kita memilih tanaman ini di toko bunga?


Membeli tanaman idola memang gampang-gampang susah, termasuk membeli aglaonema. Sebelum membeli aglaonema, sebaiknya kita paham dengan barang yang akan dibeli. Sebab

pada dasarnya, beberapa aglaonema memiliki keunggulan dan ciri khusus, hingga tak jarang jika lengah berakibat pada penularan koleksi lain.

Saat ini, jika dispesifikasikan ada tiga kelompok besar aglaonema yang biasa didapat di pasaran, yaitu aglaonema lokal non silangan, lokal, dan impor silangan. Menurut Pakar Aglaonema Indonesia, Gregori Garnadi Hambali, sebenarnya ada lagi aglaonema lokal non silangan dari luar (umumnya dari Belanda dan Amerika). Hanya ketatnya birokrasi dan sistematika pindah tangan, membuat jenis ini sulit untuk keluar.

Terpenting adalah mengenal ciri yang ada pada beberapa golongan aglaonema tersebut. Selain berguna bagi proses pemeliharaan dan perawatan, tahap ini bisa meminimalisir kekecewaan pasca pembelian tanaman (karena cepat mati atau sering terserang penyakit).

Aglaonema silangan impor

Menurut Greg, jenis ini sering tampil dengan perwujudan yang fantastis.
Itu ditandai dengan kemunculan warna-warna yang kontras, seperti kuning dan merah sampai warna solid salah satunya. Karena kebanyakan dihasilkan dari kultur jaringan (mayoritas produk Thailand sebagai negara penekspor aglaonema terbesar ke Indonesia), umumnya jenis ini memiliki daun yang lebih tipis ketimbang hasil budidaya biji. Namun keistimewaannya, jenis ini memiliki struktur permukaan daun yang lebih halus.

Beberapa orang beranggapan, daun yang tipis bisa jadi tebal ketika dibawa ke Indonesia. Pengaruh musim, diduga melatar-belakangi perkembangan daun ini. Secara umum, dalam hal estetika aglaonema impor silangan unggul jauh. Hanya karena dibudidaya secara instan dan tak melalui metode pemuliaan yang panjang, tak jarang jenis ini rentan penyakit. Tak jarang, jenis ini juga disebut-sebut pembawa wabah penyakit yang siap menular ke aglaonema koleksi lain.

“Berhati hatilah memberi aglaonema impor. Jika ragu, gunakan sistem karantina yang cukup sampai dirasa aglaonema steril dari penyakit. Sistem karantina bermacam-macam, bisa menggunakan desin-sektan atau memberi spase tersendiri aglaonema yang baru datang,” ungkap Greg.


Untuk memastikan kesehatan tanaman, usahakan tak hanya melihat dari daun yang menarik, tapi juga akar dan batang bawah. Semakin banyak ditemukan kebusukan di akar dan batang bawah, makin tak sehat tanaman.

Aglaonema Lokal Silangan

Jenis kedua adalah aglaonema lokal silangan. Jenis ini biasanya lebih tahan banting bila dibandingkan dengan jenis impor. Tak mau kalah dengan jenis impor, jenis lokal silangan sangat kuat dalam hal komposisi warna. Gradasi warna dasar dan baru, membuat motifnya menarik. Contoh paling mudah dapat kita lihat dari aglaonema silangan fenomenal Pride of Sumatera (POS).

Daun yang tebal jadi keistimewaan selanjutnya, meski daun yang ada tak sehalus struktur daun jenis aglaonema selangan impor. Beberapa jenis juga sering rentan menderita sakit akibat virus. Penyusunan gen yang tak sempurna diduga jadi latar belakang fenomena ini. Namun secara umum, aglaonema silangan lokal jarang sakit seperti aglaonema silangan impor.

Meski berembel-embel lokal, jangan meremehkan dalam hal harga. Pasalnya, jika dilihat dari perputarannya hasil silangan pertama jenis ini bisa dihargai sampai Rp 50 juta. Ini yang sering terjadi pada koleksi Greg yang dipinang kolektor lain. Memilih jenis ini yang berkualitas pada dasarnya sama dengan aglaonema impor silangan. Daun, akar, dan batang bawah jadi sorotan yang harus tak terlewatkan. Usahakan melihat akar yang telah tertancap di pot. Semakin banyak dan jarang busuk adalah pertanda tanaman sehat.

Aglaonema Lokal

Jenis terakhir adalah aglaonema lokal. Meski dulu jarang dilirik dan keberadaannya hanya difungsikan sebagai indukan, tapi kini pencinta jenis ini kian marak. Bahkan tak mau kalah, pemilik aglaonema yang kebanyakan didominasi warna hijau dan putih ini sudah berani unjuk gigi dengan mendaftar setiap kontes aglaonema digelar.

Karena jika kita membicarakan warna, jenis ini kalah telak dengan jenis silangan lokal maupun impor. Umumnya, jenis ini memiliki keunggulan di bentuk daun. Daun besar dan aneka bentuk lancip adalah bentuk yang sering dijumpai pada aglaonema lokal. Karena sering dijumpai dan sudah familiar hidup di Indonesia, jenis ini banyak ditemukan di mana-mana dan berjumlah banyak, sehingga dalam hal harga jenis ini tergolong paling murah ketimbang dua jenis sebelumnya.

“Di pasaran, aglaonema lokal yang sudah berusia dewasa sering dijual maksimal Rp 500 ribu (untuk tanaman yang belum menang kontes). Jika sudah merasakan gelar, harga naik jadi dua kali lipat sekitar Rp 10 juta per pot,” jelas M Zainudin, Kolektor dan Pecinta Aglaonema Lokal di Banjarbaru Kalsel.


Jika melihat serangan penyakit dari virus dan bakteri, jenis ini paling tahan banting. Namun umumnya, jika melihat musuh alaminya, aglaonema lokal sering jadi santapan lezat serangga dan jamur, sehingga jika Anda memutuskan untuk membeli jenis ini, usahakan daun yang ada tak memiliki sedikit pun bekas jamur dan serangga atau telur-telur serangga yang biasa melekat. [adi]

Bedakan Lokal dengan Impor

Langkah ini diambil untuk membedakan mana jenis aglaonema lokal yang didatangkan dari luar negeri dengan proses kultur jaringan. Memang saat ini untuk aglaonema lokal mendapatkan apresiasi besar, terutama dari karya Greg Hambali. Namun masalahnya, produksi dalam negeri masih belum mampu memenuhi permintaan pasar yang besar.

Sebab dengan cara pengembang-biakan secara tradisional, maka untuk mendapatkan bibit baru membutuhkan waktu yang lama. Sementara untuk melakukan pembiakan masal dengan kultur jaringan masih sedikit yang bisa membuatnya. Padahal proses kultur jadi satu-satunya cara pembiakan secara masal dan celakanya pelaku industri tanaman hias lokal kurang bisa menangkap peluang ini. Akhirnya, mau tak mau Thailand jadi tujuan utama mencari produk aglaonema yang dihasilkan oleh anak bangsa.

Hasil aglaonema dari kultur jaringan melalui impor – meski dari jenis yang sama – tapi punya karakter berbeda. Untuk membedakan aglaonema lokal yang diperbanyak secara alami lewat stek maupun cangkok dengan aglaonema dari kultur jaringan, menurut M Siregar – Penghobi Tanaman Hias di Banjarmasin Kalsel, itu ternyata mudah. Wajar, karena bagi penghobi berpengalaman bukan hal sulit, tapi bagi pemula lain ceritanya.

“Paling gampang melihat struktur warna merah yang jadi ciri khas produk lokal,” tandas Siregar.


Untuk produk alami, warna merah yang muncul bisa cerah dan tegas, terutama untuk bagian belakang daun, tangkai daun, dan motif di permukaan daun. Kondisi ini berbeda dengan hasil dari kultur yang memiliki warna lebih pudar. Pudar di sini tetap memberikan kesan merah, tapi tak begitu cerah.

Selanjutnya yang paling mudah dilihat adalah dari ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan jenis lokal. Pembanding ini sulit, karena harus melihat dulu aglaonema lokal. Namun bisa juga dilihat dari daun tua yang ada di bawah. Bila daun tua jauh lebih kecil dari daun baru, itu jadi ciri khas dari hasil kultur jaringan. Namun jangan khawatir bila mendapatkan produk kultur, karena saat tumbuh tunas baru, maka kualitas anakan akan sama dengan aglaonema lokal. Sebab, sudah melalui perbanyakan secara alami.

Menjadikan Aglaonema Berharga Mahal

Patokan harga tinggi untuk beberapa jenis aglaonema, tentu berkaitan dengan urusan tampilan maksimal. Selama ini keberadaan aglaonema impor bisa disejajarkan dengan jenis lokal. Hanya varian untuk jenis impor lebih beragam, sehingga kehadirannya makin memperkaya khasanah tanaman hias Tanah Air.

“Pada dasarnya, semua tanaman itu memiliki nilai ekonomi. Hanya untuk tinggi-rendahnya bergantung pada pesona yang ditampilkan,” imbuh Greg.


Untuk aglaonema jenis impor masih memegang kendali cukup kuat. Lantaran beragamnya jenis yang ditampilkan, sehingga konsumen pun mempunyai banyak alternatif untuk memilih, seperti harga aglaonema silangan dari Thailand yang memiliki nama pasar legacy, harga yang dipatok tergolong tinggi, yaitu Rp 500 ribu per tanaman atau bahkan harga ini bisa lebih tinggi.

Itu bergantung pada tampilannya, dimana semakin berkarakter tentu akan berpengaruh pada nilai jualnya. Ini berkaitan dengan nilai estetika, tren, dan kelangkaan. Sepertinya, membuat tanaman tampil prima bukan jadi satu hal yang sulit dilakukan, dimana tampilan yang maksimal akan berdampak pada tingginya nilai ekonomi. Ingin tahu kiat membuat pesonanya tampil ciamik, baik untuk aglaonema jenis lokal ataupun impor.

Khusus Penghobi

Ada beberapa kriteria yang diperhatikan untuk membuat tanaman berharga mahal dengan tampilan optimal. Utamanya adalah masalah kelangkaan, keunikan, terawatt, dan tren – dimana penghobi di sini sebagai end user yang menilai tanaman bukan hanya dari harga, tapi lebih ke pesona tanaman keseluruhan.

1. Langka

Faktor kelangkaan bisa memicu mahalnya tanaman. Kelangkaan ini bisa ditimbulkan dari sulitnya dikembang-biakan, masih sedikit yang menjual karena tak tren atau tanaman banyak, tapi penjualnya tak mau melepas. Jadi bisa dikategorikan sebagai langka di pasar dan langka, karena sulit dikembang-biakan.

2. Unik

Semua tanaman unik dan tak memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Tapi unik yang dimaksud adalah memiliki ciri khas mencolok dan berbeda dari aslinya. Di pasaran dikenal istilah variegata dan mutasi. Kadang ada juga yang menyebut albino. Kebanyakan tanaman yang variegata dihasilkan dari biji. Mutasi adalah kelainan yang terjadi, karena campur tangan alam (penyakit karena virus atau faktor bawaan lain) atau campur tangan manusia. Biasa dikenal dengan rekayasa genetik.

3. Perawatan Optimal

Tanaman yang terawat baik akan memiliki bentuk yang baik dan sehat. Karena terawatt, maka bentuk daun, batang, dan bunga jadi lebih indah. Tanaman yang mahal pun apabila tak terawat dengan baik akan berkurang nilainya. Misalnya, aglaonema yang daunnya rusak, pasti tak dihitung dalam penilaian. Itu berkaitan juga dengan keserempakan daun yang makin menambah nilai.

4. Membaca Tren

Seperti halnya fashion, tanaman punya tren sendiri. Saat tren turun, otomatis tanaman akan turun nilainya. Turunnya nilai bukan karena tanaman tersebut tak unik atau tak terawat, tapi mutlak karena hukum pasar.

5. Kenali Hukum Pasar

Saat sedang tren atau memang langka, maka persediaan biasanya tak sebanding dengan permintaan. Sesuai hukum pasar, maka naiklah harganya. Ini wajar terjadi di dunia tanaman hias, berputar sesuai dengan siklusnya.

Bagi Pedagang

Tak dapat dipungkiri, para pedagang lebih berharap pada profit oriented. Namun bukan berarti tak memperhitungkan kualitas barang. Inilah yang paling orang mau lakukan walau tak mudah melakukannya. Tanaman bisa dibuat jadi mahal apabila Anda mau mengerjakan hal-hal berikut:

1. Merawat tanaman dengan baik

Ini adalah mutlak. Tanaman yang terawat baik secara kasat mata akan indah. Walau hanya sekedar tanaman sansiviera yang biasa ada di pinggir jalan, kalau dirawat dengan baik pasti akan punya nilai yang lebih tinggi. Perawatan adalah dengan memberikan tempat yang baik (pot dan media), melakukan perawatan daun kalau tanaman itu punya nilai di daunnya, memberikan pupuk yang tepat, mengganti media saat dibutuhkan, dan terus mengecek kesehatan secara berkala. Dalam hal ini juga bisa dilakukan proses pembentukan, supaya bentuk lebih indah dan kompak.

2. Koleksi tanaman unik dan langka

Kadang tanaman jenis unik dan langka tak serta-merta harganya mahal saat membeli. Pemilihan tanaman unik bisa dilakukan dengan berkeliling di kebun pembibitan tanaman hias. Biasanya bibit unik bisa mulai terdeteksi saat usia seedling muda. Untuk tanaman langka bisa berburu langsung ke daerah yang bersangkutan. Tanaman langka biasanya sulit ditemukan di nurseri biasa. Kalau ada sedikit kenekatan dan modal, bisa saja langsung cari ke nurseri di luar negeri. Pembelian bisa lewat internet atau langsung ke lokasi.

3. Pintar prediksi tren tanaman

Dalam hal ini lebih mengandalkan kemampuan insting, yaitu dengan memperbanyak referensi tentang jenis tanaman, baik dari media ataupun komunitas yang banyak terbentuk di masing-masing kota. Hanya diperhatikan bahwa tren tanaman biasanya berputar. Jadi kalau ketinggalan tren – tak masalah – toh nantinya tanaman kita bisa terangkat naik

Tanaman Hias