February 2013
Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses pembuat barang baru.


Daur ulang yang merupakan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.

Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Sebagai contoh, proses daur ulang alumunium diyakini mampu menghemat energi hingga 95 persen dan mengurangi polusi udara hingga lebih dari 90 persen dibandingkan proses pembuatan alumunium dari bahan mentah (bijih tambang).

Lambang (logo) daur ulang yang berlaku secara internasional

Proses atau Tahapan Daur Ulang. Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapat sobat lakukan:
  • Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buang seperti kertas, botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya.
  • Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.
  • Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
  • Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang sampah, atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senang hati membeli barang tersebut.
  • Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas berbagai sampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang bermanfaat.

Yang paling penting, semua orang dapat berpartisipasi dalam proses daur ulang. Paling tidak pada dua tahap (proses) awal daur ulang yakni mengumpulkan dan memilah sampah yang dapat dilakukan setiap saat. Jadi, tunggu apa lagi?.
Daun Sang merupakan tanaman unik Indonesia. Tumbuhan Daun Sang yang mempunyai nama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini mempunyai ukuran daun yang sangat besar mencapai 6 meter. Lebar daunnya mencapai 1 meter. Sayangnya hanya sedikit saja yang mengetahui keberadaan tanaman unik daun sang ini.


Daun Sang oleh beberapa kalangan (termasuk Kementerian Kehutanan RI) diklaim sebagai tanaman endemik Sumatera, Indonesia yang hanya bisa ditemui di kawasan Aras Napal, Besitang. Sebuah wilayah di Kabupaten Langkat yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Namun dari beberapa referensi yang saya dapat, Daun sang yang unik ternyata juga bisa ditemui di Thailand, Malaysia, Serawak, Kalimantan bagian barat dan Sumatera, Indonesia.


Daun sang merupakan salah satu dari 4 spesies anggota genus Johannestijsmania yang hanya tumbuh di kawasan Asia Tenggara. Daun Sang merupakan anggota famili Arecaceae (Pinang-pinangan atau Palem). Tanaman Daun Sang yang mempunyai nama ilmiah Johannestijsmania altifrons, disebut juga sebagai Daun Payung Sal, Sal (Malaysia), Bang Soon (Thailand), Joey Palm, Diamond Joey Palm, Umbrella Leaf Palm (Inggris).

Nama ilmiah daun sang diambil dari nama Profesor Teijsman (Elias Teymann Johannes) seorang ahli botani dari Belanda yang pertama kali menemukan genus tanaman unik ini di pedalaman Sumatera Indonesia pada awal abad ke-19.

Ciri-ciri Daun Sang. Tumbuhan unik daun sang (Johannestijsmania altifrons) merupakan anggota palmae atau palem (arecaceae). Ciri khas tanaman unik ini mempunyai daun berbentuk berlian dengan ukuran mencapai panjang 6 meter dan lebar 1 meter, meskipun rata-rata yang ditemui hanya sepanjang 3 meter.

Daun dari tumbuhan unik daun sang langsung menyembul dari tanah karna batang tanaman unik ini hanya pendek dan biasanya tersembunyi di tanah. Daun tanaman bernama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini bergerigi pada tepinya.

Daun sang termasuk tumbuhan yang tidak tahan terhadap sinar matahari langsung sehingga tanaman unik ini lebih sering ditemukan hidup di bawah naungan pepohonan. Daun sang (Johannestijsmania altifrons) hidup secara berkelompok membentuk rumpun namun penyebarannya sangat terbatas.

Perkembangbiakan tanaman unik daun sang lebih banyak berasal dari dari anakan ketimbang dari bijinya yang tertutup oleh kulit tebal yang berbentuk bulat dan bergigi.



Daun Sang yang unik

Karena ukuran dan daunnya yang kuat, masyarakat setempat dahulu memanfaatkan daun sang yang unik sebagai atap rumah. Bahkan hingga sekarang banyak masyarakat di Besitang, Langkat yang menggunakan daun sang (Johannestijsmania altifrons) untuk membuat atap gubuk di ladang-ladangnya.

Untuk membuat atap dari daun sang yang unik ini tidak sulit, hanya tinggal mengambil setiap helai daun, dan memotongnya mulai dari pangkalnya untuk menghindari daun yang terbelah-belah. Selanjutnya tinggal menjemur helai demi helai daun sang. Jika cuaca cukup terik, dalam 5 hari daun sudah mengering. Setelah daun sang kering tinggal merajutnya menjadi atap. Atap yang terbuat dari tumbuhan berdaun unik ini akan bertahan hingga bertahun-tahun.

Seiring meningkatnya deforestasi hutan, kebakaran hutan, dan pembukaan lahan sehingga tanaman-tanaman bertajuk besar yang menjadi naungan pohon unik daun sang berkurang. Ini mengakibatkan sinar matahari langsung menyinari daun sang yang pada akhirnya membunuh daun sang yang unik ini.

Semoga daun sang tanaman unik dengan daun mencapai 6 meter panjangnya ini tetap mampu bertahan dari kepunahan meskipun sampai sekarang masih sedikit orang yang mengenalnya apalagi mempedulikannya.
Kokoleceran adalah maskot provinsi Banten yang merupakan salah satu tanaman endemik Banten yang dipercaya hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Saya tidak membahas kokoleceran yang berupa permainan tradisional dengan baling-baling bambu. Tetapi kokoleceran yang merupakan tanaman langka bernama ilmiah Vatica bantamensis, yang menjadi flora identitas provinsi Banten namun keberadaannya sangat misterius.


Saya sendiri belum sekalipun melihat tumbuhan ini. Mungkin sobat-sobat lainpun sama dengan saya. Bahkan ketika saya googling untuk menelusuri tumbuhan bernama Kokoleceran ini, saya pun musti gigit jari. Jangankan wikipedia Indonesia, wikipedia berbahasa Inggris saja hanya mempunyai artikel dengan satu kalimat “Vatica bantamensis is a species of plant in the Dipterocarpaceae family. It is endemic to Indonesia.”



Resak Hiru (Vatica rassak) kerabat dekat Kokoleceran (Vatica bantamensis)

Ketika saya mengunjungi situs resmi iucn, saya hanya mendapati bahwa Kokoleceran (Vatica bantamensis) termasuk dalam status konservasi “Endangered” (Terancam Punah). Tidak banyak yang saya dapatkan selain ‘penjelasan’: “Needs Updating” lantaran data tentang Kokoleceran ditulis berdasarkan data tahun 1998, 12 tahun yang silam.

Sedikit Mengenal Kokoleceran. Kokoleceran merupakan pohon yang mampu mencapai tinggi hingga 30 m. Pada bagian batang yang muda memiliki bulu-bulu halus dan lebat. Daun Kokoleceran menjorong atau melanset, dengan tangkai daun yang panjangnya mencapai 2.2 cm. Perbungaannya malai dan terdapat di ujung daun atau di ketiak daun. Bunga kokoleceran panjangnya mencapai 7 cm. Buah tanaman endemik ini agak bulat dan mempunyai tangkai yang pendek sekitar 5 mm panjangnya. Pada buahnya terdapat biji yang berdiameter mencapai 1 cm.

Pohon Kokoleceran (Vatica bantamensis) merupakan tanaman endemik yang hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Cara perkembangbiakan pohon misterius ini adalah dengan biji. Tanaman ini berkerabat dekat dengan Resak Hiru (Vatica rassak) Yang batangnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan pembuatan kapal.

Populasi tumbuhan yang menjadi flora identitas provinsi Banten ini sampai sekarang masih misterius dan tidak diketahui dengan pasti. Yang pasti IUCN Redlist memasukkan Kokoleceran (Vatica bantamensis) dalam status konservasi “Terancam” (EN; Endangered).

Sobat Pernah Melihat?. Mungkin sobat (utamanya yang berada di daerah Banten dan Jawa Barat) mungkin pernah melihat atau bahkan menanam pohon misterius ini bisa sedikit sharing dengan saya. Termasuk jika sobat memiliki foto atau gambar Sang Kokoleceran (Vatica bantamensis) ini. Masa sebuah maskot yang mencerminkan identitas sebuah masyarakat satu provinsi tidak kita kenal dengan baik?

Rasanya sungguh tidak nyaman dan membuat penasaran jika hanya mengetahui namanya saja tanpa mengenal ciri-ciri, identifikasi, gambar, maupun populasi tanaman ini.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Filum: Tracheophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malvales; Famili: Dipterocarpaceae; Genus: Vatica; Species: Vatica bantamensis; Binomial name Vatica bantamensis (Hassk.) Benth. & Hook.ex Miq
Pohon dan Buah Bisbul (Diospyros discolor Willd.), kerap disebut buah mentega, makin hari makin dilupa keberadaannya. Seperti kerabatnya buah kesemek (D. kakiThunb.), buah dan pohon bisbul semakin langka dan sulit ditemukan.


Pohon dan buah bisbul dikenal dengan berbagai nama yang berbeda seperti buah mentega dan buah lemak (Melayu) dan sembolo (Jawa). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mabolo atau Velvet Apple. Sedangkan nama ilmiah tumbuhan ini adalah Diospyros discolor dengan sinonim Diospyros blancoi A.DC., Diospyros durionoides Bakh., Diospyros malacapai A.DC., Diospyros merrillii Elmer, Diospyros utilis Hemsl., dan Cavanillea philippinensis Desr.

Penyebutan sebagai buah mentega dan buah lemak merujuk pada bentuk dan bau daging buahnya ketika masak. Sedangkan nama bisbul sendiri konon terinspirasi dari bentuk bola baseball.

Buah Bisbul

Diskripsi Pohon dan Buah. Pohon bisbul tidak terlalu tinggi, umumnya sekitar 15 meter saja. Batangnya lurus dengan pepagan berwarna hitam dan diameter bagian pangkal sekitar 50 cm. Tajuk pohon mirip kerucut dengan cabang mendatar dan bertingkat dan daun yang lebat dan rapat.

Daun tumbuhan bisbul (Diospyros discolor) tumbuh berseling dan berbentuk lonjong dengan tepi rata, pangkal membundar dan ujung meruncing. Sisi atas daun berwarna hijau tua mengkilat sedangkan bagian bawah keperakan dan berbulu halus. Bunganya muncul di ketiak daun.

Buah bisbul buni bulat atau bulat gepeng berukuran 5-12 × 8-10 cm. Kulit buahnya berbulu halus dan berwarna coklat kemerahan, merah terang dan berubah agak kusam ketika masak. Daging buah bisbul berwarna keputihan, agak keras dan padat, agak kering, dan manis agak sepat. Buahnya berbau harum dan agak keras mirip bau keju dan durian (dari sini pula kemudian buah ini dikenal sebagai buah mentega). Dalam satu buah terdapat hingga 10 butir biji yang berwarna kecoklatan.

Tumbuhan langka ini tumbuh baik di daerah tropis pada berbagai jenis tanah dataran rendah hingga ketinggian 800 meter dpl.

Pohon Bisbul

Pemanfaatan Bisbul. Buah bisbul dapat dimakan langsung dalam keadaan segar atau digunakan sebagai campuran dalam rujak dan minuman. Dalam setiap 100 gram buah bisbul mengandung 2,8 gram protein, 0,2 gram lemak, 11,8 gram karbohidrat, 1,8 gram serat, 46 mg kalsium, 18 mg fosfor, 0,6 mg zat besi, vitamin A, vitamin C, tiamin, roblavin, dan energi.

Kayu pohon bisbul sebenarnya juga sangat bagus untuk dijadikan bahan kerajinan lantaran kayu yang berwarna coklat kemerahan hingga hitam ini memiliki tekstur yang halus, kuat, keras. Selain itu, dengan bentuk tajuknya yang kerucut, tumbuhan bisbul pun dapat menjadi pilihan untuk ditanam sebagai pohon hias.

Sayangnya pohon ini seakan semakin dilupakan sehingga keberadaan tumbuhan dan buahnya semakin langka. Tidak sedikit bahkan yang tidak mengenal pohon ini. Padahal buah bisbul dengan bentuk dan warna kulit menarik serta dengan daging buah dan aromanya yang khas semestinya layak bersanding dengan berbagai buah impor lainnya, bahkan di display toko swalayan besar.

Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Magnoliopsida. Ordo: Ericales. Famili: Ebenaceae. Genus: Diospyros. Spesies: Diospyros discolor.
Kesemek Si Buah Kaki yang bermanfaat?. Kok ‘buah kaki’, bukannya ‘buah tangan’?. Buah kaki di sini memang menjadi salah satu sebutan buah kesemek yang diambil dari nama latinnya, Diospyros kaki Kaki ini sendiri berasal dari bahasa Jepang yang merupakan nama nama zat tanin yang dihasilkan buah kesemek ini.


Kesemek merupakan buah-buahan dari genus Diospyros dan masih berkerabat dekat dengan Eboni (Diospyros celebica) dan Ajan Kelicung (D. macrophylla). Namun berbeda dengan Eboni dan Ajan Kelicung yang lebih kerap dimanfaatkan kayunya, pemanfaatan Kesemek sejatinya lebih pada buahnya. Meskipun saat ini buah Kesemek termasuk salah satu buah yang langka lantaran kalah bersaing dengan berbagai jenis buah lainnya.

Kesemek selain dikenal sebagai buah kaki juga disebut sebagai Semek, Buah Samak, dan Tasmak (Bahasa Banjar). Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Oriental persimmon. Dan nama ilmiah tumbuhan ini adalah Diospyros kaki Thunb. yang mempunyai beberapa nama sinonim diantaranya: Diospyros amara Perrier, Diospyros argyi H.Lév., Diospyros bertii André, Diospyros costata Carrière, Diospyros kaempferiNaudin, Diospyros mazelii E.Morren, dan Diospyros sinensis Naudin.

Buah kesemek yang semakin langka dan sulit ditemukan

Diskripsi Pohon dan Buah. Pohon Kesemek mempunyai ketinggian hingga 15 meter, batangnya relatif pendek dan bengkok-bengkok, banyak cabang, serta menggugurkan daun. Daun tersusun dalam dua deret, tersusun berseling, bertangkai pendek sekitar 3 cm, berbentuk bundar, bulat telur sampai jorong, berwarna hijau kuning mengkilap dengan ukuran sekitar 2,5-15 × 5-25 cm.

Bunga jantan tersusun dalam malai pendek yang berisi 3-5 kuntum sedangkan bunga betina soliter yang terletak di ketiak daun, berbilangan 4. Buah kesemek merupakan buah buni berbentuk gepeng membulat dan bersegi empat. Buahnya berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi jingga kekuningan sampai merah saat masak dengan diameter antara 2-8 cm. Buah kesemek sekarang sudah sulit dijumpai atau hampir punah.

Pemanfaatan Kesemek. Buah kesemek (Diospyros kaki) dapat dimakan langsung dalam keadaan segar setelah direndam (diperam) dengan air kapur, untuk menghilangkan rasa sepat dan getahnya. Biasanya. Buah juga dapat dikeringkan atau diolah menjadi selai, agar-agar, es krim dan lain-lain.

Buah kesemek segar mengandung 19,6 % karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa, 0,7% protein, vitamin A, kalium, zat tanin, kalsium, fosfor, retinol, dan senyawa anti oksidan. Zat tanin (dinamai tanin-kaki) terkandung dalam buah kesemek yang muda sehingga menimbulkan rasa sepat. Zat tanin ini akan berkurang seiring dengan masaknya buah.

Zat tanin-kaki ini dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan tangan, membantu produksi arak-beras di Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi. Sedangkan zat-zat lain yang terkandung dalam buah kesemek dipercaya mampu menjadi obat berbagai penyakit seperti asma, batuk, dan sakit perut.

Pohon kesemek yang sedang berbuah lebat

Asal-usul dan Persebaran. Buah kesemek memang bukan buah asli Indonesia apalagitanaman endemik. Kesemek diyakini berasal dari China yang kemudian tersebar secara alami hingga ke Jepang. Pada masa kolonial dimungkinkan tanaman ini menyebar ke Eropa, Amerika dan berbagai wilayah di Asia termasuk Indonesia.

Di Indonesia tumbuhan Kesemek sempat banyak dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai tanaman buah. Namun seiring dengan masuknya berbagai jenis buah-buahan, popularitas Kesemek semakin pudar. Saat ini buah kesemek telah menjadi salah satu buah yang sulit ditemukan dan langka di Indonesia seperti halnya Mundu (Garcinia dulcis),Jamblang (Syzygium cumini), dan Menteng (Baccaurea racemosa).

Sudah jarang terjadi orang membawa ‘buah kaki’ ini sebagai buah tangan. Saya sendiri terakhir kali memakan buah Kesemek ini mungkin sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Kalau sobat, kapan terakhir kali makan buah kesemek?, atau malah belum pernah?.

Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Magnoliopsida. Ordo: Ericales. Famili: Ebenaceae. Genus: Diospyros. Spesies: Diospyros kaki.
Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica), penghasil kapur barus (kamper) ternyata termasuk salah satu tanaman langka. Pohon Kapur yang mampu menghasilkan kristal kapur barus dengan aroma khas ini menempati status keterancaman tertinggi yakniCritically Endangered (Kritis).


Pohon Kapur di Kalimantan disebut juga sebagai Ampadu, Amplang, Kapur, Kayatan, Keladan, Melampit, Mengkayat, Mohoi, Muri, dan Sintok. Di Sumatera selain disebut Kapur atau Barus tanaman ini dinamai Haburuan atau Kaberun.

Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut sebagai Borneo Camphor, Camphor Tree,Malay camphor atau Indonesian Kapur. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) nama resminya adalah Dryobalanops aromatica yang bersinonim dengan Dryobalanops sumatrensis (JF Gmel.) Kosterm., Laurus sumatrensis JF Gmel., Arbor camphoriferaRumph., Dipterocarpus Dryobalanops Steud., Dipterocarpus teres Steud, Dryobalanops camphora Colebr., Dryobalanops junghuhnii Becc., Dryobalanops vriesii Becc Correa.,Pterigium teres, Shorea camphorifera Roxb.

Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica)

Diskripsi Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Pohon kapur mempunyai ukuran yang besar dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon berwarna coklat dan coklat kemerahan di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong.

Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan permukaan daun memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang, kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar, putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar, mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai.

Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, dan Serawak).

Tanaman Penghasil Kapur Barus atau Kamper. Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan Cinnamomum camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi.

Untuk mendapatkan kristal kapur barus, dimulai dengan memilih, menebang, dan memotong-motong batang pohon Kapur (Dryobalanops aromatica). Potongan-potongan batang pohon Kapur kemudian dibelah untuk menemukan kristal-kristal kapur barus yang terdapat di dalam batangnya. Mungkin lantaran penebangan yang membabi buta kemudian pohon Kapur menjadi pohon yang langka.

Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica)

Selain menghasilkan kamper, Pohon Kapur juga dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, perkapalan, dinding, dan lantai karena memiliki kualitas kayu yang cukup baik.

Pohon Kapur yang Langka dan Terancam Punah. Pohon Kapur (Dryobalanops aromatica) semakin sulit ditemukan di habitatnya. Pohon ini termasuk salah satu tanaman langka di Indonesia. Bahkan IUCN Redlist memasukkannya dalam status konservasiCritically Endangered atau Kritis. Status ini merupakan status keterancaman dengan tingkatan paling tinggi sebelum status punah.

Kelangkaan dan terancam punahnya spesies tanaman ini diakibatkan oleh penebangan yang membabi buta untuk mendapatkan kristal kapur barus di dalamnya. Padahal kandungan kampur dalam setiap pohon tidak sama, bahkan terkadang sangat kurang. Ancaman lainnya diakibatkan oleh kerusakan hutan dan kebakaran hutan.
Sawo Kecik, Pohon Sarwo Becik Tapi Langka

Sawo Kecik (Manilkara kauki) sering disebut juga Sawo Jawa merupakan tanaman (pohon) penghasil buah dari keluarga sawo-sawoan (Sapotaceae) yang kini mulai langka dan jarang ditemukan di Indonesia. Sawo Kecik yang menurut filosofi jawa sering diidentikkan dengan ‘sarwo becik’ (serba baik). Di Yogyakarta kadang dijadikan tanaman pertanda bahwa orang yang menanamnya adalah abdi dalem kraton.

Tanaman penghasil buah yang batangnya mempunyai kayu yang keras dan kuat sehingga sangat baik untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat-alat pertukangan, bahkan dimanfaatkan sebagai benda-benda seni seperti patung, ukir-ukiran bahkan sebagai peralatan musik seperti badan biola dan rebana.



Daun dan buah Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Sawo Kecik disebut juga sebagai Sawo Jawa. Sedangkan dalam bahasa Inggris, tanaman yang mulai langka ini disebut sebagai Caqui dan Manilkara. Di beberapa negara lain disebut Khirni (India), dan Lámút Sida atau Lámút Thai (Thailand). Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) Sawo Kecik disebut sebagai Manilkara kauki yang bersinonim dengan Mimusops kauki,dan Manilkara kaukii.

Ciri-ciri. Pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi mencapai 25 m. Diameter (garis tengah) batang pohon Sawo Kecik mampu mampu mencapai 100 cm.

Daun-daun Sawo Kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Di permukaan bawah daun Sawo Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru dengan tangkai daun tidak menebal, panjang kelopak daun 7 mm.. Kuncup bunga Sawo Kecik berbentuk bulat telur.

Buah Sawo Kecik berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang berukuran kecil dengan panjang berkisar 3.7 cm. Buah Sawo Kecik mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis namun mudah dikelupas. Buah Sawo Kecik, bila mask mempunyai rasa yang manis dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat.

Habitat dan Persebaran. Sawo Kecik (Manilkara kauki) diperkirakan berasal dari India dan tersebar serta banyak dibudidayakan di kawasan Asia Tropis dan Amerika Tropis. Di Indonesia, Sawo Kecik meskipun sudah mulai langka karena mulai jarang yang membudidayakan namun masih dapat ditemui di seluruh Indonesia kecuali Kalimantan.

Sawo kecik tumbuh subur di daerah pesisir (pantai) yang beriklim kering hingga daerah berketinggian sekitar 500 meter dpl. Pohon langka ini sering ditanam sebagai pohon peneduh, pohon buah (untuk dikonsumsi buahnya), dan sebagai pohon ornament yang biasa ditanam di dekat kuil atau istana.

Di Yogyakarta, Sawo Kecik yang biasa disebut sebagai Sawo Jawa dijadikan tanaman pertanda bahwa orang yang menanamnya adalah abdi dalem kraton. Bahkan di daerah Bali dan Nusa Tenggara pohon langka ini ditemukan tumbuh liar di pesisir pantai.

Pemanfaatan Pohon sawo Kecik. Meskipun Sawo Kecik merupakan pohon penghasil buah, namun tidak hanya buahnya saja yang dapat dimafaatkan. Batangnya banyak dipergunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, dan karya-karya seni seperti patung, ukiran, bahkan peralatan musik seperti rebana dan badan biola.



Buah Sawo Kecik yang telah masak

Pohon Sawo Kecik mampu tumbuh di daerah bertanah kurang subur bahkan mampu berfungsi sebagai pohon perintis dan tanaman pemulih areal-areal yang kurang subur dan kritis. Karena itu banyak yang menjadikan pohon Sawo Kecik sebagai batang bawah untuk okulasi atau penyambungan dengan pohon Sawo Manila (Manilkara zapota).

Untungnya, dalam penggalakkan program one man one tree, pohon Sawo Kecik banyak dijadikan pilihan sebagai pohon yang ditanam selain pohon Trembesi. Semoga, hal ini paling tidak menjadikan pohon penghasil buah ini terhindar dari kelangkaan hingga suatu ketika saya bisa leluasa membeli buah Sawo Kecik meskipun hanya di asar-pasar tradisonal seperti ketika masa kecil saya dulu.

Klasifikasi Ilmiah: Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Sub Kelas: Dilleniidae; Ordo: Ebenales; Famili: Sapotaceae; Genus: Manilkara; Spesies: Manilkara kauki; Sinonim;Mimusops kauki, Manilkara kaukii

Suku (famili) Arecaceae atau biasa disebut sebagai kelompok tumbuhan pinang-pinangan atau palem banyak jenisnya yang tumbuh di Indonesia.
Suku (famili) Arecaceae terdiri atas puluhan genus dan ratusan spesies (jenis). Dalam artikel terdahulu telah saya sampaikan jenis-jenis yang umumnya dapat ditemui di Indonesia antara lain Enau atau Aren (Arenga pinata); Gebang (Corypha utan); Kelapa (Cocos nucifera); Kelapa Sawit (Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera); Nibung(Oncosperma tigillarium); Nipah (Nypa fruticans); dan Rotan (Calamus rottan).
Kali ini akan saya sampaikan jenis-jenis dari famili Arecaceae lainnya yang juga umum didapati di Indonesia yaitu; Salak (Salacca zalacca); Sagu atau Rumbia (Metroxylon sago); Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer); Palem Merah atau Pinang Merah(Cyrtostachys renda dan Areca vestiaria); Palem Raja (Roystonea regia); Palem Botol (Hyophorbe lagenicaulis); dan Pinang (Areca catechu).

Salak (Salacca zalacca)

Saladalam bahasa inggris disebut snake fruit dan dalam bahasa ilmiah disebut Salacca zalacca merupakan tanaman berbentuk perdu atau hampir tidak berbatang, berduri banyak, melata dan beranak banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan kuat.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo:Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Salacca; Spesies: Salacca zalacca

Sagu atau Rumbia (Metroxylon sago)

Sagu atau disebut juga Rumbia dalam bahasa ilmiah disebutMetroxylon sago sedangkan dalam bahasa inggris disebut Sago Palmmerupakan tanaman penghasil sagu. Jenis pinang-pinangan ini tumbuh merumpun dengan akar rimpang yang panjang dan bercabang yang menjulur di permukaan tanah. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Papua atau Maluku
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Metroxylon; Spesies: Metroxylon saguSinonim: Metroxylon rumphi; M. squarrosum

Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer)

Siwalan (juga dikenal dengan nama pohonlontar atau tal) merupakan tumbuhan identitas Sulawesi Selatan.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Borassus; Spesies: Borassus flabellifer

Palem Kuning (Chrysalidocarpus lutescens)

Palem Kuning (Chrysalidocarpus lutescens) merupakan jenis palem yang populer sebagai tanaman hias. Diperkirakan tanaman ini berasal dari Madagaskar. Meski dapat tumbuh hingga setinggi 6 meter tapi rata-rata hanya setinggi 3 meter.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus:Chrysalidocarpus; Spesies: Chrysalidocarpus lutescens

Palem Merah atau Pinang Merah (Cyrtostachys renda danAreca vestiaria)

Sedikitnya (yang saya tahu) ada dua spesies berbeda yang dianggap sebagai Palem Merah atau Pinang Merah. Kedua-duanya merupakan jenis palem yang populer sebagai tanaman hias.
Pertama; Cyrtostachys renda yang merupakan flora identitas provinsi Jambi dan mulai terancam kepunahan.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Cyrtostachys; Spesies: Cyrtostachys renda. Sinonim: Cyrtostachys lakka
Kedua; Areca vestiaria yang berasal dari Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Palem ini disebut juga pinang monyet atau yaki
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Areca; Spesies: Areca vestiaria

Palem Raja (Roystonea regia)

Palem raja adalah sekelompok palem yang dikelompokkan dalam genus Roystonea. Palem Raja yang diperkirakan berasal dari Karibia dan Amerika sedikitnya terdiri atas 10 spesies. Salah satu spesies yang umum di Indonesia adalah Roystonea regia.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus:Roystonea;Spesies: (salah satunya) Roystonea regia

Palem Botol (Hyophorbe lagenicaulis)

Palem Botol (Hyophorbe lagenicaulis) merupakan jenis palem yang populer sebagai tanaman hias. Dalam bahasa inggris disebutBottle Palm atau Palmiste Gargoulette. Palem jenis ini diperkirakan berasal dari Round Island, Mauritius.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Hyophorbe; Spesies:Hyophorbe lagenicaulis

Pinang (Areca catechu)

Pinang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu. Pinang mempunyai batang lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 cm. Batang ini kerap diperjual belikan, menjelang perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, sebagai sarana untuk lomba panjat pinang.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas:Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Areca; Spesies:Areca catechu
Beberapa jenis palem (famili Arecaceae) tersebut baru sedikit dari  keseluruhan spesies palem (pinang-pinangan) yang terdapat di Indonesia. So, diantara jenis-jenis palem tersebut manakah yang sobat kenal atau bahkan sobat tanam di sekitar rumah?
Dari berbagai sumber. Gambar: wikipedia.
Pembuatan Kompos



Sampah sering menjadi masalah yang susah penyelesaiannya terutama di perkotaan. Rumah tangga salah satu penghasil sampah, terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik terbagi dua macam yaitu sampah organik hijau dan sampah organik hewan. Sampah Organik Hijau adalah sisa sayur mayur dari dapur seperti tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur, dan sampah dari kebun seperti rumput, daun-daun basah. Sampah ini banyak mengandung Nitrogen, salah satu unsur hara penyubur tanaman.
Sampah Organik Hewan adalah sampah dari sisa makanan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Salah satu jalan untuk mengatasi masalah sampah rumah tangga adalah dengan dibuat kompos. Proses pengomposan (composting) adalah proses dekomposisi (penguraian) yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang biodegradable. Pengomposan dapat dipercepat dengan mengatur faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang optimum untuk proses pengomposan.

Tujuan pengomposan:

Mengubah bahan organic yang biodegradable menjadi bahan yang secara biologi bersifat stabil dan demikian mengurangi volume dan massanya.
Bila prosesnya pembuatan secara aerob (memerlukan oksigen), maka proses ini akan membunuh bakteri pathogen, telur serangga, dan mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperature si atas temperature normal.
Memanfaatkan nutrient dalam buangan secara maksimal seperti nitrogen, phosphor, potassium.
Menghasilkan produk (humus) yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah.
Manfaat kompos dalam memperbaiki sifat tanah
- Memperkaya bahan makanan untuk tanaman
- Memperbesar daya ikat tanah berpasir
- Memperbaiki struktur tanah berlempung
- Mempertinggi kemampuan menyimpan air
- Memperbaiki drinase dan porositas tanah
- Menjaga suhu tanah agar stabil
- Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
- Dapat meningkatkan pengaruh pupuk buatan.

Pengomposan aerobik (memerlukan oksigen) lebih banyak dilakukan dari pada pengomposan anaorobik (tidak memerlukan oksigen) karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat (20-30 hari), temperature proses pembuatannya tinggi (40 derajat Celcius) sehingga dapat membunuh bakteri pathogen dan telur cacing, sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis.


Salah satu cara praktis membuat kompos (aerobik) adalah memakai keranjang Takakura. Komposter (atau alat pembuat kompos) Takakura ditemukan oleh Mr. Koji Takakura. Untuk penemuannya Mr. Koji Takakura telah memperoleh Hak Cipta (HAKI) No. P00200600206. Komposter Takakura atau Keranjang Takakura umumnya digunakan untuk membuat kompos dalam skala kecil, dalam volume sampah yang kecil misalnya untuk rumah tangga.

Cara Pembuatan :

  • Siapkan keranjang berserta tutupnya berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya tikus, serangga tidak bisa masuk). Minimal berukuran 30 cm x 40 cm x 50 cm.
  • Siapkan kardus bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, dengan syarat kardus bisa masuk ke dalam keranjang. kardus berfungsi untuk wadah langsung dari bahan-bahan (sampah organik hijau yang sudah dipotong-potong 2 cm) yang akan dikomposkan.
  • Letakkan bantal dari kain kasa berisi gabah atau sabut kelapa dibagian dasar keranjang. Bantal ini berfungsi untuk menyerap cairan yang dihasilkan selama proses pembuatan kompos.
  • Isikan kompos yang sudah jadi ke dalam kardus setebal 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba pengurai.
  • Masukkan sampah organik hijau yang akan dikomposkan.
  • Tebarkan lagi kompos ke dalam kardus setebal kurang lebih 5 cm.
  • Kembali letakkan bantal berisi gabah atau sabut kelapa diatas kompos jadi.
  • Setelah itu masukkan kardus tersebut ke dalam keranjang plastik.
  • Tutup dengan kain kasa hitam bersama tutup keranjang.
  • Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu kompos sama dengan suhu kamar (suhu normal diluar, sekitar 25 derajat Celcius), maka kompos sudah dapat dimanfaatkan.