November 2008

Tanaman Hias  Bunga dari tanaman yang satu ini memang jarang yang peduli. Sebagian besar orang peduli hanya karena lokasi penanamannya saja yang memang kurang strategis sehingga akhirnya bunganya sering disebut sebagai "bunga kuburan". Ya, kamboja, adalah nama sebenarnya. Di Bali atau di Hawaii, tanaman ini jauh lebih tinggi derajatnya. Mereka ditanam di mana-mana, bahkandikenakan sebagai hiasan di tubuh. Dan hari ini, Anda akan mengenal pohon kamboja lebih dekat, sebagai tanaman yang ternyata memiliki begitu banyak kasiat bagi kesehatan.

Pohon yang bunganya selalu ada sepanjang tahun ini menyukai sinar matahari yang berlimpah karena ia adalah tanaman khas daerah tropis. Ada bunganya yang putih, ada pula yang merah. Tapi yang putih-lah yang lazim dimanfaatkan sebagai bahan obat alami karena bunganya besar-besar dan lebih gampang ditemukan disana-sini.

Tidak banyak yang tahu bahwa bunga kamboja termasuk jenis bunga yang dapat dimakan seperti layaknya ketika Anda menyantap bunga papaya dan bunya turi. Dimakan Ala Jepang, ala Jawa Barat maupun ala Jawa Timur, boleh saja. Bunga kamboja ini berkhasiat meredakan demam, menghentikan batuk, melancarkan keluar air seni, menghentikan mencret karena disentri, mencegah pingsan karena hawa panas dan menyembuhkan sembelit (jika dikonsumsi dalam jumlah banyak).

Untuk mengkonsumsi bunga kamboja, Anda tidak boleh asal kunyah sehabis mencabut dari pohon. Pertama, Anda harus mencucinya dengan bersih dan dibuat menjadi layu dulu dengan tujuan agar getahnya hilang lalu dimakan mentah atau dikukus. Cara lain, ambil mahkotanya saja, karena di sana tidak ada getah. Sedangkan bagian tangkai bunga (tempat menguncupnya bunga), harus dibuang sebelum dimakan karena merupakan sumber getahnya. Jika Anda malas memakannya, Anda bisa merebus bunga ini dan meminum air rebusannya sebanyak 3 kali sehari.

Walau resep di atas selalu menghindar dari getah, tapi getah pohon kamboja tetap memiliki khasiat yang baik bagi tubuh. Jika dioleskan pada bagian yang sakit sebanyak 2-3 kali sehari, maka getah tersebut bisa mempercepat pematangan bisul, merontokkan kutil dan kapalan, mengeluarkan benda (tulang ikan atau duri) dari bawah kulit serta menyembuhkan tumit yang pecah-pecah. Untuk mendapat getah, patahkan pangkal daun atau potong batang kamboja. Tapi hati-hati, getah ini jangan sampai kena mata karena bisa mengakibatkan kebutaan.

Potongan batang, kulit batang atau bagian akar kamboja juga bisa dipakai sebagai obat luar untuk mengempiskan bengkak, menyembuhkan borok atau untuk menghaluskan kulit yang pecah-pecah. Caranya, tinggal rebus saja dan air rebusan yang masih hangat dapat dioleskan atau dipakai merendam bagian yang sakit.

Dan hebatnya lagi, walaupun masih dalam penelitian, senyawa fulvoplumierin yang terdapat pada daun, batang dan akar kamboja ditemukan dapat dipakai untuk menghambat perkembangan kuman TBC, menghambat disentri, radang saluran pernafasan dan hepatitis. Semoga penelitiannya bisa cepat selesai dan diterapkan, berhubung tanaman yang satu ini sangat mudah ditemukan.

Karena itu, jangan 'takut' lagi dengan si bunga kamboja yang harum. Ciptaan Tuhan yang satu ini memang tidak mengecewakan!

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Konon, kaktus berasal dari bahasa Yunani "kaktos" yang berarti tanaman berduri. Dari literature diketahui kaktus berasal dari Amerika, namun ada beberapa jenis yang berasal dari padang tandus Afrika.

Di Indonesia kaktus mulai dikenal awal tahun 1900-an. Mulanya pemerintah Belanda mendatangkan kaktus jenis duri entong (Cereus Peruvianus) dan kaktus duri gambas (Opuntia Monocantha) sebagai makanan ternak.
Majunya teknologi pertanian membuka lembaran baru dunia tanaman, termasuk kaktus. Teknologi mutakhir seperti kultur jaringan menghasilkan bibit baru dengan mutu prima dan seragam. Silangan antar jenis, menghasilkan varietas kaktus yang kian beragam. Teknik grafting atau sambung kaktus lebih mempercantik penampilan. Singkatnya, bagi Anda yang inginmenanam kaktus kini banyak pilihan jenis dan cara menanam.

Jenis Kaktus

Lebih dari 2000 jenis kaktus ada di belahan bumi. Dari 100 an marga, kaktus dikelompokan menjadi 3 suku: Preskioidea, Opuntodeae dan Cereoidea. Jenis Preskioidea biasanya mempunyai daun dan berduri. Bentuknya bisa berupa pohon semak hingga tinggi 10 meter.

Karakteristik opuntodeae lain lagi, kelompok ini memiliki batang beruas. Bentuknya bulat telur, pipih, memanjang atau berupa semak. Adakalanya berdaun namun mudah gugur.

Opuntodeae juga memiliki areole yang berduri. Jenis terakhir, Cereoidea paling banyak dijumpai. Bentuk batangnya beragam dan sekulen (banyak mengandung air). Sebagian jenis ada yang menyerupai silinder, beruas, bulat, bahkan memanjang. Jenis ini tidak memiliki daun dan areolenya ditumbuhi aneka bentuk duri.


Memperbanyak Kaktus


Kaktus bisa dikembang-biakkan dengan berbagai cara. Sebagian orang meperbanyak dengan biji. Walaupun sedikit rumit, cara ini masih tetap dilakukan. Pertama biji kaktus harus dikeringkan, direndam dalam air hangat baru disebar dalam media semai yang biasanya berupa pasir halus, batu bata tumbuk dan tanah kompos. Setelah kaktus berumur setahun dan mempunyai panjang 4-5 cm, kaktus sudah bisa dipindahkan ke media tanam.

Cara yang paling mudah memperbanyak kaktus dengan setek batang. Jika dilakukan dengan cara yang benar, steak paling rendah risiko kegagalannya. Pilih batang kaktus yang tidak terlalu tua atau muda. Potong dengan pisau tajam sepanjang 6 cm. Biarkan 7 - 10 hari di tempat yang sejuk agar luka mengering. Proses berikutnya tinggal menanam di media tanam. Perlu diperhatikan, untuk jenis kaktus bulat atau beruas, pemotongan sebaiknya dilakukan tepat pada bagian ruasnya. Bekas potongan pada tanaman induk biasanya akan tumbuh tunas baru yang siap menjadi bibit setek baru.
Menyambung kaktus/grafting semakin diminati. Teknik ini mempunyai kelebihan, selain diperoleh bibit tanaman baru, grifting juga menciptakan dua jenis tanaman dari due kaktus yang berbeda sehingga mempercantik penampilan.

Pertama, siapkan batang induk/batang bawah, jenis cereus spachianus atau opuntia ficus indica bisa digunakan karena kuat perakarannya. Proses sambung kaktus harus cepat dilakukan sebelum bekas potongan mengering agar menempel sempurna.

Ada banyak cara sambung kaktus, namun metode sambung rata dan sambung serong paling banyak dilakukan. Prosesnya hampir sama, potong rata atau serong batang induk dan batang atas dari jenis yang berbeda. Cara cepat tempelkan dan perkuat dengan tali rafia atau benang.

Sambung kaktus terlihat berhasil jika terjadi pertumbuhan pada batang atas dan tali pengikat bisa dilepas.

Menanam & Perawatan


Tanaman dari keluarga Cactaceae ini memang unik. Biasa tumbuh subur di lahan tandus dan kekurangan air. Usianya juga bisa mencapai puluhan tahun, namun bisa mati dalam sekejap jika salah perawatan.

Singkatnya, menanam dan merawat kaktus perlu ketelatenan karena tanaman ini sangat rentan terhadap penyakit. Umumnya kaktus menyukai media yang porus (tidak mengikat air). Gunakan pasir halus, pupuk kandang, tepung tulang dan sekam dengan perbandingan 20:40:10:30. Setelah diaduk rata, media ini dikukus atau di sangrai agar mikroorganisme pembusuk mati.

Batang kaktus dilapisi jaringan lilin yang dapat mengurangi penguapan, kondisi ini menjadikan kaktus mampu menyimpan air dan tahan kekeringan.
Meski begitu, kaktus tetap perlu air untuk bertahan hidup. Penyiraman sebaiknya dilakukan 3 minggu sekali atau 1 bulan sekali, raba media tanam, jika sudah kering berarti kaktus harus disiram. Perlu diingat, air harus ber-pH normal, tidak mengandung garam atau asam yang dapat menyebabkan kebusukan.

Kaktus sangat suka bermandi cahaya matahari langsung, jika Anda menaruh kaktus di dalam rumah, keluarkan setiap 1 minggu sekali dan letakkan di tempat yang terkena matahari langsung selama 2-3 minggu. Kaktus juga pantang kena air hujan berlebihan.
Agar kaktus tampil prima perlu dilakukan pemupukan 4 bulan sekali. Beri pupuk tulang atau pupuk ikan dengan P dan Ca tinggi. Jangan memberi pupuk urea yang dapat mengakibatkan kebusukan.

Bila kaktus sudah terlalu besar atau sebaliknya lambat pertumbuhannya lakukan pemangkasan akar atau ganti medianya.
Hama kaktus umumnya cendawan jenis phytophthora infestans, kutu wol (dactylopius tomentosus), kutu lilin (Pseudococcus Longispinus), tungau dan keong tanah. Lakukan pencegahan dengan penyemprotan fungisida, bakterisida secara berkala.

Buah Kaktus yang Menyehatkan
Tak hanya indah dipandang, jenis kaktus tertentu seperti Hylocereus undatus ternyata dapat berbuah dan bisa dimakan. Salah satunya buah naga yang bercitarasa manis, asam dan segar.

Dibalik aroma segarnya buah naga kaya manfaat. Banyak orang percaya buah ini dapat menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah. Buah naga mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium, karbohidrat dan tinggi serat yang dapat memperlancar proses pencernaan dan mampu pengikat zat karsinogen penyebab kanker.

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Tanaman sirih merah (Piper crocatum) lebih umum dikembangbiakkan secara vegetatif atau aseksual. Secara alami tanaman sirih merah sulit diperbanyak dengan biji. Perbanyakan dengan cara tersebut mempunyai keuntungan yang terpenting adalah mewarisi sifat genetik dari tanaman induknya.

Perbanyakan tanaman sirih merah secara vegetatif dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni stek, cangkok dan perundukan.

1. Stek
Stek merupakan potongan organ vegetatif (akar, batang, daun, dll) tanaman yang digunakan untuk perbanyakan tanaman, dengan maksud agar bagian tersebut membentuk
akar. Stek yang dapat digunakan untuk tanaman sirih merah ini adalah dengan cara stek batang.

Alasan mengapa perbanyakan melalui stek batang adalah karena stek merupakan cara yang sederhana, murah dan cepat. Jumlah bibit yang dihasilkan dari satu tanaman induk lebih banyak. Seluruh bibit yang dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman indukknya.

Tahap-tahap pembibitan tanaman sirih merah dengan cara stek dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pilih tanaman induk yang sehat dan memiliki batang kokoh sebesar tusuk sate bambu atau lebih baik bisa lebih besar. Lebar daun sedang atau bisa lebih dan tebal. Berdasarkan pengalaman penulis, bahan stek dengan batang dan ukuran daun kecil, maka akan menghasilkan bibit yang berukuran kecil pula dan cenderung tanaman kurang mampu berkembang dengan baik.

b. Potong batang tersebut menjadi satu atau dua ruas dengan syarat masing-masing ruas masih memiliki daun. Jika bahan stek yang digunakan 2 ruas, minimal salah satu ruasnya memiliki daun tetapi lebih baik kedua ruas berdaun. Bahan stek dengan ruas tanpa daun, prosentase tumbuh sangat kecil, atau bahkan tidak dapat tumbuh sama sekali. Karena proses fotosintesis yang terjadi tidak sempurna, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit stek.

c. Rendam bahan stek tersebut ke dalam air bersih selama 15 – 30 menit. Untuk hasil yang lebih baik dan mengurangi resiko kegagalan pertumbuhan bibit stek, air rendaman dapat ditambah vitamin B1 yang khusus untuk tanaman atau yang biasa dijual di apotik dalam bentuk tablet. 1 ml vitamin B1 dilarutkan dalam 1 liter air bersih. Atau 1 tablet /1 liter air. Rendam bahan stek tersebut selama 30 menit atau lebih. Vitamin B1 mengandung tiamin yang berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar.
Berdasarkan uji coba dan pengalaman penulis, bahan stek yang direndam dalam larutan vitamin B1 selama ± 24 jam dengan 1 ruas diperoleh tingkat keberhasilan 90%. Selain itu pertumbuhan tunas dan akar lebih cepat bila dibandingkan dengan yang tidak direndam dengan vitamin B1.
Bahan stek dapat juga direndam dalam larutan zat pengatur tumbuh (ZPT) terlebih dahulu seperti Rootone F atau Atonik. Cara menggunakan Rootone F adalah olesi pangkal stek dengan ZPT tersebut yang telah dibuat pasta agak encer, karena Rootone F berbentuk serbuk. Kemudian diangin-anginkan sebentar. Bila menggunakan ZPT Atonik, caranya adalah larutkan Atonik sebanyak 1 ml dalam 1 liter air bersih, kemudian rendam bahan stek tersebut selama 15 menit. Setelah itu angkat dan diangin-anginkan sebentar, baru ditanam. Tujuan perlakuan ZPT adalah untuk merangsang pembentukan akar sehingga mempercepat pertumbuhan tunas stek.

d. Siapkan tempat penyemaian berupa pot bibit berdiameter 10 cm atau polybag yang sudah dilubangi bagian bawah dan samping. Kemudian diisi campuran media semai berupa hasil ayakan pakis (berupa serbuk menyerupai tanah), pasir,arang sekam,pupuk organik dengan perbandingan 4:2:2:1. Selain media diatas dapat juga menggunakan campuran humus daun bambu, arang sekam, pasir, pupuk organik dengan perbandingan 4:4:2:1. Atau bisa juga dimodifikasi sendiri oleh pembibit. Untuk mencegah adanya hama dalam media semai tersebut, sebaiknya ditabur Furadan 3G sebanyak satu ujung sendok teh per polybag. Kemudian media disiram dengan air bersih hingga cukup basah.
Pada dasarnya, media semai yang digunakan untuk stek sirih merah ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Cukup kompak (firm and dense)
2. Mempunyai kapasitas pegang air (Watter holding capacity) yang baik/tinggi.
3. Mempunyai aerasi yang baik.
4. Bebas dari benih gulma, nematoda, jamur, bakteri patogenik dan musuh alami lainnya.
5. Menyediakan unsur hara esensial bagi tanaman.

e. Tanam bahan stek tadi pada media semai dengan tepat dan benar. Perhatikan letak mata tunas pada ketiak daun menghadap keatas dan jangan sampai terbalik. Usahakan buku (letak daun, mata tunas dan akar serabut) tertutup media sedalam 0,5 cm – 1 cm dari permukaan media. Hal ini disebabkan jika terlalu dalam, maka mata tunas dan akar cepat membusuk. Setelah ditanam, siram kembali dengan air bersih agar stek tidak layu. Letakkan bibit stek tersebut di tempat yang teduh dan sejuk, jangan terkena sinar matahari langsung.

f. Pemeliharaan bibit stek. Penyiraman dapat dilakukan 2 kali sehari pada musim kemarau. Pada musim hujan cukup 1 kali sehari atau sesuai kondisi, jika media terlalu basah tidak perlu disiram. Untuk memperkuat pertumbuhan bibit, dapat disiram dengan larutan vitamin B1 seminggu sekali. Kurang lebih pada umur 2 minggu, tunas akan muncul kepermukaan media. Pada umur 4 minggu memiliki daun 2 sampai 3 lembar berasal dari tunas baru (daun asal bahan stek tidak dihitung), dan akar tanaman dari pangkal batang sudah panjang memenuhi bagian dasar polybag / pot. Bibit siap untuk dipindah tanam ke pot yang berukuran lebih besar atau langsung ke tanah.

2. Cangkok ( Marcottage atau air layerage)
Perbanyakan sirih merah dapat juga dilakukan dengan cara mencangkok. Cangkok pada prinsipnya adalah mengusahakan perakaran dari suatu cabang tanaman tanpa memotong cabang tersebut dari tanaman induknya. Perbanyakan dengan cara ini memiliki kelebihan diantaranya, tanaman memiliki sifat-sifat unggul tanaman induknya dan tanaman lebih cepat berproduksi.
Teknik pencangkokan tanaman sirih merah ini berbeda dengan tanaman lain pada umumnya, yaitu hanya menempelkan media tanam pada bagian buku tanaman dan dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

Tahap-tahap pencangkokan sirih merah dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Bagian buku tanaman yang akan dicangkok, sebaiknya terlebih dahulu disemprot dengan larutan zat pengatur tumbuh (ZPT) perangsang akar dengan konsentrasi 1 ml/liter air (sesuai anjuran) atau larutan vitamin B1. Penggunaan ZPT atau vitamin B1 ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan dan pembentukan akar sehingga akan mempercepat pula terhadap pembentukan tunas pada ketiak daun. Bila tidak menggunakan cara tersebut juga tidak apa.

b. Siapkan media tanam. Media yang digunakan hampir sama dengan pembibitan stek, yaitu hasil ayakan akar pakis (berbentuk serbuk seperti tanah, arang sekam dan pupuk kandang kambing halus dengan perbandingan 4:2:1. atau dapat juga menggunakan campuran media tanah dan pupuk kandang saja dengan perbandingan 2:1. Campuran media tersebut kemudian ditempelkan pada buku dan bungkus dengan plastik yang sudah dilubangi.

c. Selanjutnya siram cangkokan tersebut dengan menggunakan air bersih hingga seluruh media basah.

d. Setelah satu bulan, akar sudah tumbuh memenuhi media. Potonglah batang yang berada di bawah cangkokan. Buka bungkus cangkokan tersebut dan tanam dalam pot atau langsung di tanah. Bibit dengan cara cangkok, memiliki persentase tumbuh 90% sampai 100%.

3. Merunduk (Layering)
Perbanyakan sirih merah ini dapat pula menggunakan sistem runduk. Prinsip dari perundukan adalah merangsang (menstimulasi) terbentuknya akar atau tunas sebelum dipisahkan dari induknya.

Tahap-tahap merunduk dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Sediakan beberapa polybag atau pot dengan diameter 12 cm yang sudah diberi media tanam dan dijajar di sebelah tanaman induk. Media tanam yang digunakan sama dengan cara stek atau cangkok. Dapat juga hanya menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Sebagai bahan tanaman induk adalah tanaman sirih merah yang mempunyai sulur dengan panjang 2 meter atau lebih.

b. Rentangkan sulur tanaman sirih merah, kemudian tanam ruas-ruas batang yang berakar dengan dirundukkan pada polybag-polybag yang telah dipersiapkan.

c. Kemudian siramlah tanaman tersebut sehari sekali atau melihat kondisi. Apabila media masih basah tidak perlu disiram. Secara umum, pada musim kemarau kondisi media cenderung lebih cepat mengering, sehingga perlu penyiraman lebih intensif. Begitu juga sebaliknya, pada saat musim hujan media cenderung lebih lembab, dan penyiraman dilakukan bila perlu.

d. Setelah kurang lebih 1 bulan, pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sudah mulai banyak dan kuat. Selanjutnya masing-masing bibit dapat dipisahkan per polybag. Tanam bibit-bibit tersebut pada media yang lebih besar atau dapat langsung ditanam di pekarangan rumah yang telah disediakan.

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Memelihara aglaonema memang tidak terlalu sulit. Tetapi untuk menghasilkan Aglaonema yang prima, aglaovers sudah selayaknya memperhatikan banyak hal terutama berkaitan dengan lingkungan dimana Aglaonema di pelihara. Walaupun aglaonema yang kini banyak dipelihara mayoritas adalah aglaonema hibrida, tetap saja ia akan tumbuh lebih bagus apabila lingkungan tumbuhnya dibuat semirip mungkin dengan habitat di alam aslinya.

Beberapa faktor berkaitan dengan lingkungan tumbuh aglaonema yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :

1. Ketinggian Tempat

Pada umumnya ada tiga kategori ketinggian tempat. Yaitu Dataran rendah antara 0 - < 300 M DPL (diatas permukaan laut), Dataran Sedang ( 300 - < 600 M DPL dan Dataran Tinggi > 600 M DPL. Aglaonema cocok tumbuh di dataran rendah dan sedang. Aglaonema akan tumbuh lebih ideal apabila dipelihara di daerah dataran sedang antara 300 – 400 M DPL. Di ketinggian tersebut sosok aglaonema akan menjadi tegap, berdaun tebal, warna dan corak menjadi lebih terang dan tajam.

Namun demikian, kondisi ideal itu masih bisa direkayasa sehingga aglaonema dapat juga tumbuh baik di daerah dataran rendah. Pemberian jaring peneduh, modifikasi lingkungan dan teknik penyilangan bisa membuat aglaonema adaptif dengan tampilan warna lebih bagus daripada aslinya.

Ketinggian tempat berpengaruh pada kecepatan pembentukan daun. Di dataran rendah, pertumbuhan daun aglaonemalebih cepat, lantaran sinar matahari lebih banyak tersedia, sehingga proses fotosintesa bisa dilakukan lebih lama. Disini pertumbuhan satu lembar daun kira-kira memakan waktu 25-30 hari. Di dataran sedang dan tinggi, perumbuhan daun aglaonema bisa 5-10 hari lebih lambat.

2. Suhu

Sebenarnya aglaonema mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu. Namun temperatur optimal tetap diperlukan untuk menunjang pertumbuhannya. Di dataran sedang, suhu siang antara 24-27 C dan malam hari mencapai 18–21 C. Sedangkan di dataran rendah, suhu siang mencapai 27-30 C dan dimalam hari mencapai 21-24 C merupakan kondisi yang disukai.

Suhu dibawah 20 C akan merangsang butir-butir klorofil muncul lebih banyak, sehingga daun menjadi lebih hijau. Bila hal itu terjadi, maka warna merah akan tertutup oleh warna hijau daun. Sebaliknya kalau suhu terlalu tinggi, akan membuat warna daun menjadi pucat dan pudar.

Penyerapan beberapa unsur hara oleh akar juga dipengaruhi oleh suhu. Ambil contoh, penyerapan Fosfor. Jika suhu terlalu rendah, maka kemungkinan besar muncul gejala kekurangan unsur fosfor akibat terhambatnya penyerapan oleh akar.

Suhu sangat mempengaruhi proses kimiawi dalam tubuh aglaonema. Proses ini melibatkan peran enzim dan membran sel yang bekerja optimal pada suhu ideal. Diatas atau dibawah suhu ideal, dalam perbedaan ekstrim, proses kimiawi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti sama sekali. Pada kasus itu, tanaman menjadi stress dan pertumbuhannya terhambat.

3. Kelembaban

Kelembaban ideal bagi aglaonema adalah 50 – 75 %. Jika kelembaban kurang dari 50 %, kondisi terlalu kering sehingga daun aglaonema akan mengering. Di area berkelembaban rendah daun muda menjadi kering. Sebaliknya bila kelembaban lebih tinggi dari 75 % akan mendatangkan serangan cendawan. Untuk mengetahui kelembaban di kebun, sebaiknya dipasang alat pengukur kelembaban atau biasa disebut Higrometer.

Kehadiran higrometer terasa sangat penting, apalagi di daerah dengan curah hujan yang sangat tinggi. Hujan dengan disertai angin yang kencang akan membuat kelembaban lingkungan akan meningkat. Bila kelembaban menjadi terlalu tinggi, maka penguapan pada tanaman akan berkurang drastis. Akibatnya daya hisap aglaonema terhadap air dan unsur hara dari media tanam menjadi berkurang.

Kelembaban udara yang terlalu rendah, berakibat layunya aglaonema. Lama kelamaan kecantikan sang ratu daun bisa berkurang, atau bahkan menjadi mati apabila titik layu permanen terlewati. Itulah mengapa fungsi higrometer sangat penting sekali. Jika higrometer menunjukkan angka kelembaban yang sangat rendah, segera siram lantai lingkungan aglaonema dengan air, atau spray tanaman dengan kabut air unuk meningkatkan kelembaban.

4. Cahaya

Aglaonema di alam, ditemukan dibawah pohon di hutan-hutan dataran rendah dengan pencahayaan terbatas. Ia membutuhkan penyinaran sekitar 1.000-2.500 FC (Footcandle – Cahaya Lilin) tanpa langsung terkena sinar matahari. Jika sinar matahari terlalu banyak mengenai aglaonema, maka daun akan berubah menjadi cokelat kehitaman. Di Nursery-nursery, kebutuhan cahaya diatur melalui pemakaian Shading Net.

Kebutuhan cahaya aglaonema di dataran rendah dan dataran tinggi tentu berbeda. Untuk mengaturnya, gunakan penaung yang sesuai. Di dataran sedang, gunakan penaung 75 %, sedangkan di dataran rendah, gunakan penaung 80 - 85 %. Memang dipasaran bebas jarang tersedia penaung 85 %. Untuk menyiasatinya, gunakan dua lapis penaung.

Pemasangan penaung pun perlu diperhatikan. Semakin tinggi jarak penaung dengan aglaonema, maka sinar matahari yang masuk menjadi lebih banyak. Jadi gunakan penaung yang tebal agar sinar matahari tidak masuk secara berlebihan. Maklum, jika sinar matahari masuk secara berlebihan, akan membuat daun aglaonema menjadi terbakar, daun menguning, kemudian berubah menjadi cokelat kehitaman.

5. Sirkulasi Udara

Sirkulasi udara yang baik akan membuat lingkungan lebih seggar. Bila kelembaban baik, CO2 cukup tersedia disekitar tanaman. Hal-hal tersebut membuat tanaman lebih aktif menyerap unsur hara. Lancarnya peredaran zat hara berpengaruh dalam fotosintesa. Bila makanan tersedia di daun, maka proses perubahan zat hara menjadi energi bagi sri rejeki itu pun lancar. Bila perputaran udara tidak bagus, akibatnya kelembaban kan rendah atau tinggi. Bila terlalu rendah akan menyebabkan daun menjadi cokelat dan busuk.

Sirkulasi tidak baik jika udara hanya keluar masuk dari bagian atas rumah atau kebun aglaonema. Makanya perlu sirkulasi udara tambahan. Pasang kipas angin atau blower untuk menciptakan sirkulasi udara buatan. Letakkan kipas atau blower di tempat yang tepat dimana memungkinkan aliran udara menjadi lancar dan menjangkau seluruh tanaman. Jangan meletakkan kipas atau blower saling berhadapan, karena hal ini akan membuat aliran udara terpusat ditengah area.

Atur kecepatan angin tidak terlalu kencang, tetapi juga jangan terlalu rendah. Kipas angin diaktifkan selama 2 jam setelah penyiraman di pagi hari hingga pukul 10:00. Setelah menyiram sore hari, kipas angin juga bisa diaktifkan kembali hingga pukul 20:00 dengan kecepatan rendah, meningkat, lalu rendah lagi, kemudian dimatikan.

6. Atap dan Jaring Peneduh

Untuk melindungi aglaonema dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka sebaiknya tempat pemeliharaan aglaonema diberikan atap dan jaring pelindung.

Atap pelindung akan melindungi aglaonema dari curahan air hujan secara langsung. Sedangkan Jaring peneduh berfungsi mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk mengenai tanaman.

Untuk atap pelindung, bisa digunakan beberapa pelindung seperti kaca, fiberglass, plastik, dll. Tanpa mempertimbangkan biaya, fiberglass seperti Solartuff paling bagus dipakai. Hanya saja konstruksi yang dipakai sebaiknya dari besi. Bahan ini mampu bertahan hingga 10 tahun. Lumut tidak akan tumbuh pada media ini. Sedangkan apabila biaya merupakan salah satu pertimbangan utama, makapilihan bisa dijatuhkan kepada Plastik UV. Plastik UV cukup kuat (bisa bertahan 2 tahun), ringan bagi konstruksi penyangganya, serta harganya relatif murah.

Sedangkan untuk Jaring peneduh, umumnya digunakan shading Net / Paranet. Pekebun dan hobiis aglaonema umumnya memasang Jaring peneduh diatas atap yang terbuat ddari plastik UV, sehingga sinar matahari yang menerpa atap bisa diredam semaksimal mungkin.

Untuk daerah dengan intensitas cahaya matahari lebih tinggi serta berada di daerah dataran rendah, seperti di Jakarta, bisa digunakan dua lapis jaring peneduh. Yaitu satu dipasang diatas plastik UV dan satu lagi dipasang dibawah palstik UV. Persentase jaring peneduh yang digunakan, disesuaikan dengan kebutuhan aglaovers dengan mempertimbangkan daerah dimana aglaonema dipelihara.

Demikianlah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan aglaonema, kaitannya dengan lingkungan dimana aglaonema dipelihara. Lingkungan yang terkondisi dan terjaga dengan pas, akan membuat sang ratu daun tersenyum puas. Semoga membantu.

Tanaman Hias  

Tanaman Hias  Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan media tanam (media tumbuh) anggrek adalah tahan lama, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mampu mengikat air dan unsur hara dengan baik serta mudah diperoleh.

Berbagai jenis media tumbuh yang umum digunakan antara lain pakis, moss, sabut kelapa, arang, serutan kayu, kulit kayu dan lain-lain. Pada dasarnya, menggunakan media tumbuh apapun, anggrek mampu beradaptasi dengan baik. Yang penting, faktor penyiraman dan pemupukan yang tepat untuk setiap jenis anggrek perlu diperhatikan. Sebagai contoh, di daerah dengan kelembaban tinggi, penggunaan media yang menyimpan banyak air tidak dianjurkan. Sifatnya yang selalu basah mengundang penyakit busuk akar dan busuk tunas anakan.

Berikut ini adalah jenis-jenis media tumbuh yang umum digunakan dalam penanaman anggrek.

1. PAKIS

Media tumbuh pakis berasal dari batang tumbuhan paku-pakuan. Pakis sangat baik digunakan sebagai media tanam karena mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik, aerasi dan drainase yang baik, serta lapuk secara perlahan, sehingga mengurangi frekuansi penggantian media tanam, serta mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan anggrek.

Pakis dapat digunakan dalam bentuk cacahan, potongan atau lempengan. Untuk bibit yang baru dikeluarkan dari dalam botol, sebaiknya digunakan pakis bentuk cacahan halus. Untuk tanaman remaja atau dewasa lebih baik digunakan pakis cacahan kasar atau yang telah dipotong-potong. Ukuran cacahan atau potongan pakis disesuaikan dengan besar kecilnya pot. Bentuk lempengan digunakan untuk menempelkan tanaman remaja hingga dewasa.

Meski mempunyai sejumlah keunggulan, tetapi pakis juga mempunyai kelemahan. Media itu disukai semut dan hewan kecil lainnya atau bahkan mikroorganisme. Untuk mengatasinya, pakis perlu disterilkan sebelum digunakan. Caranya pakis dibersihkan atau dicuci dengan air, hingga kotoran seperti tanah atau sejenisnya hilang.

Untuk mencegah adanya mikroorganisme terutama cendawan, media direndam direndam dalam larutan fungisida. Contohnya Antracol, Benlate, Dythane atau sejenisnya dengan konsentrasi 0,1 hingga 0,2 %. Setelah sehari semalam, media diangkat dan dikeringkan. Media siap untuk digunakan.

Sterilisasi media juga dapat dilakukan dengan cara merebus pakis dalam air mendidih atau dikukus. Sayangnya karena keterbatasan tempat, volume media yang disterilkan terbatas.

2. MOSS

Moss berasal dari akar paku-pakuan atau kadaka. Jenis tumbuhan tersebut banyak dijumpai tumbuh dan melekat di batang pohon besar di hutan. Keunggulan moss yaitu daya mengikat dan menyimpan air sangat baik. Aerasi dan drainase udara baik, tidak cepat lapuk, mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, berongga udara banyak sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang leluasa. Sebagai contoh, akar osmunda yang banyak digunakan penganggrek di Amerika bagian timur mengandung unsur Nitrogen sebanyak 2-3 %.

Berdasarkan karakteristik media paku-pakuan dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

a. Sangat kasar, keras dan tebal. Contohnya Cyathea.SP.
b. Kasar dan keras. Contohnya Osmunda Sp
c. Halus dan keras. Contohnya Asplenium Falcatum. Jenis ini akan melunak apabila direndam dalam air
d. Lunak. Contohnya Asplenium Nidus. Jenis ini sangat baik utnuk pertumbuhan dan pertumbuhan akar tanaman yang baru dipisahkan dari tanaman induknya.

Ditoko pertanian banyak dijumpai media spagnum moss. Media ini dapat mengikat air dengan sangat cepat dan menyimpannya dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, media ini tidak dianjurkan untuk digunakan di daerah yang sering hujan. Pada umumnya media ini banyak digunakan pada anggrek Phalaenopsis. Namun tempat untuk meletakkan tanaman anggrek tersebut atapnya harus diberi lapisan penutup tembus cahaya yang diletakkan diatas paranet. Contohnya : Plastik, Fiber atau sejenisnya. Dengan demikian tanaman anggrek tersebut tidak terkena curah hujan langsung yang dapat mengakibatkan busuk.

Penggunaan mosss menemui kendala dengan ketersediaan bahan karena cenderung langka. Bila pakis dan moss diambil terus menerus dari hutan (alam) maka dikhawatirkan keseimbangan ekosistem dapat terganggu. Beberapa pemerintah daerah-pun mulai melarang eksploitasi dengan menerbitkan peraturan daerah.

3. SABUT KELAPA

Media sabut kelapa kini semakin banyak digunakan sebagai media tumbuh anggrek. Sabut kelapa memiliki keunggulan yaitu mudah mengikat dan menyimpan air dengan baik, mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, serta mudah diperoleh dalam jumlah besar.

Sayangnya media ini mudah lapuk dan terlalu kuat menyimpan air, sehingga dapat menjadi sumber penyakit busuk akar dan busuk tunas anakan. Oleh karena itu, media sabut kelapa lebih cocok digunakan didaerah panas. Didaerah yang sering turun hujan, perlu menghindari penggunaan media ini. Bila terpaksa, kombinasikan dengan media yang tidak menyerap air, seperti arang kayu bakar atau sejenisnya.

Sabut kelapa mengandung beberapa unsur dan senyawa antara lain, K, P, Ca, Mg dan N. Selain itu, kaya bahan organik, abu, pektin, hemiselulosa, selulosa, pentosa dan lignin. Pektin berfungsi sebagai penguat lapisan tengah dinding sel. Hemiselulosa dan selulosa penyusun utama dinding sel yang berfungsi untuk memperkuat sel-sel kayu. Lignin berfungsi untuk mengeraskan dinding sel. Calsium selain berfungsi menguatkan dinding sel, juga mengaktifkan pembelahan sel-sel meristem. Magnesium sangat penting dalam pembentukan chlorofil.

Bila ingin menggunakan sabut kelapa sebagai media, pilih sabut kelapa dari buah kelapa yang sudah tua, sebab proses dekomposisinya sangat lambat, sehingga lebih tahan lama.

Gunakan sabut yang masih melekat kulit luarnya, dan sudah dipotong-potong atau hanya serat-seratnya. Serbuk sabut kelapa (choir dust) yang merupakan bagian dari sabut kelapa belum banyak dimanfaatkan secara baik, namun dibeberapa negara, serbuk ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pupuk atau bahan media tumbuh tanaman hias lain.

Serat sabut kelapa digunakan saat tanaman masih kecil seperti kompot atau seedling. Untuk tanaman remaja/dewasa gunakan sabut kelapa dalam bentuk potongan. Ukuran potongan disesuaikan dengan ukuran wadah atau pot.

Agar tidak cepat membusuk, sterilkan media ini terlebih dahulu. Caranya sama dengan sterilisasi pakis. Setelah tanaman tumbuh, lakukan penyemprotan fungisida lebih sering, karena kelembaban dalam pot sangat tinggi. Pada kondisi lembab, mikroorganisme cepat tumbuh dan berkembang.

4. ARANG KAYU

Media arang umumnya digunakan dalam bentuk potongan-potongan, terutama untuk tanaman ukuran remaja atau dewasa. Besar kecilnya potongan arang diseduaikan dengan ukuran tanaman serta besar kecilnya ukuran pot.

Sifat arang antara lain, tahan lama, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri, dapat menyerap senyawa yang berfifat racun/toksik, Dan mudah melepaskannya kembali setelah penyiraman. Sayangnya arang sulit menyerap dan menyimpan air. Arang hanya mampu mengikat air dipermukaan saja dan tidak mengandung unsur hara. Arang bisa menjadi pilihan penganggrek di daerah berkelembapan tinggi sehingga kebusukan akar dan tunas anakan dapat dihindari karena akar senantiasa kering. Karena sulit menyimpan air dan miskin hara, maka frekuensi penyemprotan air dan pupuk perlu ditingkatkan. Komposisi kimiawi arang kayu sebagian besar mengandung karbon (C), sedangkan kandungan sulfur (S) dan fosfor (P) sangat sedikit, serta abu.


5. SERUTAN DAN POTONGAN KAYU

Serutan atau potongan kayu dapat pula jadi pilihan media. Untuk itu, pilih bahan yang berasal dari pohon atau tanaman tua. Keunggulannya aerasi dan drainase baik; banyak rongga-rongga udara sehingga akar tanaman leluasa tumbuh dan berkembang. Proses pelapukan lambat karena mengandung senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Kelemahan serutan atau potongan kayu yaitu daya simpan air kurang baik dan miskin unsur N. media ini juga sering digunakan untuk menanam anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di permukaan tanah serta membutuhkan cahaya matahari penuh. Penggunaan media serutan kayu ini biasanya dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah steril.


6. PECAHAN BATU BATA ATAU GENTING

Pada umumnya, pecahan batu-bata atau genting diletakkan di dasar pot. Tujuannya memperbaiki aerasi dan drainase udara dalam pot. Pengisian pecahan batu-bata atau genting jumlahnya kira-kira sepertiga (1/3 bagian) dari tinggi pot atau tergantung dari tingkat kelembapan yang dibutuhkan. Selain itu, pecahan batu-bata atau genting juga berfungsi agar wadah atau pot yang digunakan tidak mudah rebah.

Adanya rongga-rongga udara di antara pecahan batu-bata atau genting memberi kebebasan akar anggrek untuk tumbuh dan berkembang kesegala arah. Di samping itu juga sebagai tempat atau jalan masuk oksigen yang diperlukan oleh akar untuk proses respirasi. Media itu juga dapat menjaga tingkat kelembapan.

Pecahan batu bata lebih mudah dan banyak menyerap serta menyimpan air dibandingkan dengan pecahan genting. Namun, demikian pecahan batu bata lebih cepat ditumbuhi algae (ganggang) dibandingkan dengan pecahan genting.

7. PENGGANTIAN MEDIA BARU

Penggantian media baru (repotting) perlu dilakukan karena :

a. Tanaman dalam pot atau wadah sudah terlalu penuh atau padat yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal lagi.
b. Media lama sudah hancur karena mengalami dekomposisi sehingga bersifat asam dan dapat mengakibatkan menjadi sumber penyakit.

Semoga membantu.

Sumber : Bertanam Anggrek, oleh Dyah Widiastoety darmono, Penerbit Panebar Swadaya
Foto (Orchid Painting) taken fromTanaman Hias